Thursday, 20 November 2014

Semua Terjadi karena Suatu Alasan

“Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memeiliki meidal kemampuan. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu terjadilah”, urai Frank Slazak seorang warga negara Amerika Serikat, memulai kisahnya sebagaimana dikutip oleh Muhammaf Rahardian dalam sebuah artikelnya.

Suatu hari Gedung Putih mengumumkan bahwa Pemerintah AS mencari warga negara biasa untuk ikut dalam penerbangan pesawat ulang-alik Challenger. Syarat dari seorang warga negara itu adalah seorang guru yang secara mental, kesehatan dan beberapa persyaratan lainnya dapat dipenuhi. Bisa jadi saat itu negara sedang niat memberikan penghargaan khusus bagi profesi guru.

Frank kebetulan adalah warga negara biasa, dan juga seoarang guru.”Aha! Inilah satnya saya akan mencapai cita-cita saya”, Frank melompat gembira. Hari itu juga Frank mengirmkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari ia berlari ke kotak pos, sampai akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Frank lolos penyisihan pertama.

Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impiannya semakin dekat saat NASA mengadakan tes fisik dan mental. Begitu test selesai, Frank menunggu dan beredoa lagi. Ia tahu bahwa dirirnya semakin dekat dengan impiannya. Beberapa waktu kemudian, Frank menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center.

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan Frank kemudian menjadi bagian dari 100 orang yang terkumpul untuk pernilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, dan percobaan mabuk udara. Siapakah yang bisa melewati ujian akhir ini?

“Tuhan, biarlah aku yang terpilih”, begitu Frank berdoa tiada henti. Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih orang lain yaitu Christina McAufliffe. Frank kalah. Impian hidupnya hancur. Ia mengalami depresi. Rasa percaya dirinya lenyap, dan amarah mengganikan kebahagiaanya. Ia mempertanyakan semuanya. “Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku?” Tanya Frank meratapi kegagalannya itu.

Frank memepertanyakan nasib buruknya kepada ayahnya. “Nak, semua peristiwa terjadi karena suatu alasan.Demikian pula peristiwa yagn kau anggap suatu kegagalan”, ujar ayahnya singkat. Frank belum bisa memahami apa yang disampaikan ayahnya.

Selasa, 28 Januari 1986, Frank berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challenger. “Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku?” kini ia masih protes lagi terhadap keputusan Tuhan

Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawa semua pertanyaanya dan menghapus semua keraguannya. Pesawat ulang-alik Challenger meledak, dan menewaskan semua penumpang.

Seketika itu ia ingat kata-kata ayahnya: “Semua terjadi karena suatu alasan”. Ia tidak terpilih dalam penerbangan itu walaupun ia sangat menginginkannya karena Tuhan memiiki alasan lain untuk kehadirannya di bumi ini. Ia memiliki misi lain dalam hidup. “Aku tidak kalah; aku seorang pemenang”, katanya bersyukur sambil berlinang air mata.Frank Slazak, bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doanya dikabulkan. Ia menang karena telah “kalah”.

Kisah Frank Slazak tenulah pernah kita alami dalam bentuk lain. Kita kadang jengkel dengan kegagalan yang menurut kita tidak semestinya kita alami, dan pada saat lain kita bersyukur bahwa Tuhan telah memberi jalan yang lebih baik. Beberapa kali di berita televisi kita melihat seseorang diwawancarai, “Untung saya tidak kebagian tiket pesawat. Kalau kebagian tiket, saya ikut dalam kecelakaan pesawat itu.
“Untung saya terlambat sampai di Bandara, kalau tidak saya ikut dalam kecelakaan pesawat itu”, kata yang lain dalam kejadian serupa.
“Saya ingin menjadi pegawai Pemda, tapi gagal. Akhirnya jadi artis. Bayangkan kalau saya jadi Pemda...hehehe” kata Dedy Miswar, artis senior kita, mensyukuri “kegagalan”nya.
“Saya mau jadi tentara, tapi tidak diterima. Alhamdulillah, sekarang saya bisa berteman dengan jenderal”, kata AA Gym (Abdullah Gymnastiar) dalam salah satu ceramahnya.

Kita disarankan untuk punya cita-cita, agar energi kita cukup efisien dalam mengelola perjalanan hidup kita. Sedagkan keputusan tentang pencapaiannya, Tuhanlah yang punya otoritas. Ya, semua terjadi karena suatu alasan. Terkadang logika kita tidak sampai pada alasan yang tersimpan di balik keputusan Tuhan. Maka biarlah diri kita menyerahkan semua keputusan itu pada Yang Maha Bijak, setelah kita berdoa dan berusaha seoptimal kita.

Kata M. Rahardian, Tuhan mengabulkan doa kita dengan tiga cara. Pertama, apabila Tuhan mengatakan “ya”, maka kita akan mendapatkan apa yang kita minta. Kedua, apabila Tuhan mengatakan “Tidak”, mungkin kita akan mendapatkan yang lain yang lebih sesuai untuk kita. Ketiga, apabila Tuhan mengatakan “tunggu”, mungkin kita akan mendapatkan yang terbaik sesuai dengan waktu dan kehendakNya.



Dikutip dari sumber:  Suharno Bambang.2011.Kumpulan Artikel Motivasi Jangan Pulang Sebelum Menang Kiat Sukses Kehidupan dan Kepemimpinan. Jakarta. Gita Pustaka.


No comments:

Post a Comment