Sunday, 27 September 2015

Little Journey: Di Kediri


Tulisan ini sebetulnya sudah lama kukemas. Namun waktu selalu memberikan kejutan, barulah malam ini di sudut kamar lamaku (saat SMA) aku bisa menuntaskannya. Ini tepat malam minggu. Semoga hujan deras mengguyur kota malam ini. hehe

Akhir bulan Mei kemarin aku dan beberapa temanku meyempatkan diri mengunjungi kota Kediri untuk belajar Bahasa Inggris. Tepatnya di Kecamatan Pare. Meski hanya dua minggu tapi aku bersyukur pernah merasakan atmosfer berada di sana.

Waktu yang terbilang singkat namun materi-materi tetap kami lahap dengan perasan have fun tapi tetap serius. Banyak hal baru yang aku ketahui tentang ngomong Inggris. Motivasi dari tutor-tutor ataupun saling mengenal dengan kawan baru dari beragam daerah. Tak ada ruginya ke sini. Ayo visit Kediri.

Menurutku, ada beberapa perbedaan antara kota Kediri dan tempatku kuliah, Bandung.Ya, ini menurur pendapatku saja.

1.       Harga makanan dan minuman

Mungkin tak hanya Kediri saja tapi juga kota-kota lainnya di Jawa Timur. Tak dipungkiri lagi harga makanan dan minuman di sini tergolong lebih murah dibandingkan di Bandung. Sebagai contoh makanan warteg. Meskipun beda tiga ribu rupiah dengan warteg dekat kampus tnentu itu sangat berpengaruh buat kantong mahasiswa. Belum lagi makanan ringan atau snack-snack tertentu. Aku sarankan jika di Pare belanjanya carilah minimarket yang lumayan besar. Harganya pasti lebih murah.

2.       Kebiasaan

Kemudian, karena di Pare banyak sekali terdapat lembaga kursus bahasa Inggris yang cukup murah. Tentu sangat ramai. Banyak sekali ditemukan pendatang dari beragam latar belakang usia, pendidikan, budaya, tempat tinggal, dan sebagainya. Tak mengherankan lagi jika di satu kelas anda akan menemui anak SD berikut orang dewasa, yang telah berkerja, yang berkepala empat bahkan.
Kebanyakan pendatang menggunakan sepeda sewaan untuk transportasi sehari-hari. Sebab tak jarang kita harus berpindah dari tempat kursus yang satu ke tempat yang lain. Dan jika berjalan kaki tentu membutuhkan waktu yang lebih lama. Nah dengan sedikitnya intensitas kendaraan bermotor tentu polusi menjadi berkurang.

3.       Bahasa

Berbicara mengenai bahasa, mungkin sudah seyogyanya di nusantara tercinta jika beda daerah pasti beda bahasanya. Di Kediri mayoritasnya adalah bahasa jawa. Kalau di Bandung biasanya kami akrab dengan kata “PUNTEN” kali ini kami harus bergaul dengan kata “Monggo Mas” Terlebih lagi jika bertemu beberap orang tua yang langsung menyerang dengan bahasa Jawanya yang kental. Aku hanya mengangguk atau terdiam seribu bahasa.

4.       Pergantian waktu

Nah pergantian waktu juga yang membuatku harus beradapatasi lebih di Pare. Sebut saja waktu Shalat. Contohnya shalat Magrib. Kalau di Makassar jam enam lewat barulah adzan berkumandang, atau di Bandung jam enam kurang sepuluh menit, di sini jam lima lewat tiga puluh adzan sudah mulai terdengar.


Memang itu sudah sesuai. Mengingat pukul lima sore lewat seperempat langit sudha mulai gelap. Begitupun sebaliknya, pukul enam pagi langinya sudah cerah bahkan surya mulai meninggi dari biasanya.

No comments:

Post a Comment