Sunday, 27 September 2015

Ketika Cinta Dipertanyakan

Kita beralih ke sisi lain. Diam-diam, di antara kita ada yang kehilangan cinta alias  hidupan gairah dalam hidupnya. Dengan nada putus asa, ia pun memaki-maki dirinya:

-          Rezeki ku seret.
-          Hidupku tidak nikmat.
-          Aku tidak dicintai.
-          Jodohku entah dimana.
-          Relasi pun tak seberapa.
-          Masa depan terasa suram.
-          Keberhasilan tak kunjung datang.
-          Hasil tak jelas.
-          Nasib begitu-begitu saja.

Kalau mau blak-blakan, inilah penjelasannya:

·         Bukan rezeki yang seret. Mungkin sedekah kita yang masih seret.

·         Bukan nikmat yang kurang. Mungkin syukur kita yang masih kurang.

·         Bukan cinta yang salah. Mungkin pemahaman kita terhadap cinta yang salah.

·         Bukan jodoh yang tidak ada. Mungkin kepantasan kita yang belum ada.

·         Bukan realasi yang tidak ada. Mungkin integritas kita yang belum ada.

·         Bukan masa depan yagn suram. Mungkin optimisme kita yang masih suram.

·         Bukan keberhasilan yang tidak ada. Mungkin keyakinan kita yang tidak ada.

·         Bukan hasil yang perlu dipertanyakan. Mungkin kegigihan kita yang perlu dipertanyakan.

·         Bukan nasib yang begitu-begitu saja. Mungkin ilmu kita yang masih begitu-begitu saja.

Fiuw..! Anda boleh tersinggung dengan penjelasan di atas, tapi sejujurnya memang begitulah adanya. Nah, adalah cerdas kalau kemudian anda membuang perasaan tersinggung Anda dan bailk bertanya, “Lantas mengapa ini bisa terjadi?” Mudah ditebak, karena otak kiri kita masih sangat mempengaruhi tindakan-tindakn kita. Ringkasnya begini:

Cara kiri: dicintai dan dikasihi dulu, baru  mau mencintai dan dikasihi
Cara  kanan: mencintai dan mengasihi dulu, maka akan dikasihi dan dicintai

Cara kiri: dicurahi nikmat dulu, baru mau bersyukur
Cara kana: bersyukur dulu, maka nikmat akan tercurah

Cara kiri: rezeki cukup dulu, baru mau bersedekah
Cara kanan: bersedakah dulu, maka rezeki akan tercukupkan

Cara kiri: jadi hartawan dulu, baru dermawan
Cara kanan: jadi dermawan dulu, maka mudahlah untuk menjadi hartawan

Cara kiri: sukses dulu, baru bahagia
Cara kanan: bahagia dulu, maka mudah untuk sukses

Cara kiri: masa depan jelas dulu, barulah optimis
Cara kanan: optimis dulu, maka masa depan akan lebih jelas

Cara kiri: ada masalah dulu baru berdoa
Cara kanan: berdoalah selalu, maka terhindar dari masalah

Cara kiri: terjadi bencana alam dulu, baru berdonasi sebesar-besarnya
Cara kanan: berdonasi besar-besaran dulu, maka terhindar dari bencana

Cara kiri: Nabi Muhammad dihina dulu, barulah kaum muslim bersatu

Cara kanan: Kaum Muslim bersatu dulu, maka tidak akan ada yang menghina Nabi Muhammad.

Dikutip dari buku Muslim Milyoner karangan Ipho Santosa.

No comments:

Post a Comment