Hari ini langit begitu gelap.Tak
sengaja kutengok lewat kaca jendela kamar, terlihat awan kelam bergerak dengan
cepatnya. Awan terlihat sangat rendah dari asrama, juga angin dingin menambah
suasana Minggu sore ini. Sepertinya akan turun hujan lebat.
Aku sadar, bulan April baru saja
berlalu. Bulan yang kuharapkan dapat jadi momen luar biasa dalam hidup namun
masih belum. Lagi-lagi hanya pencapaian kecil yang bisa kubuat. Hanya beberapa
coretan saja di agenda biruku. Entah, usahaku belum maksimal dan atau ibadahku
yang belum khusyu. Bagaimana tidak, ini bulan lahirku, ayah, juga adik
laki-lakiku. Tidak ada yang perlu disalahkan. Ini hanya perjalanan hidup kawan.
Saat senyap, ingatanku kembali ke
akhir April tahun lalu. Masa – masa sulit, sebulan yang penuh krusial. Saat itu
UN 2014 baru saja berakhir. Aku dan kawan seperjuangan SMAN 1 Bulukumba telah
menyelesaikan misi. Yah, PDKT selama 3 tahun, menjalin hubungan hanya 3 hari,
dan digantung selama sebulan. Itulah ujian nasional.
Beberapa dari kami telah
mempersiapkan diri menghadapi Ujian Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN). Ada yang
belajar mandiri ataupun dengan mendaftar di tempat-tempat bimbingan belajar(bimbel)
di kota Makassar. Termasuk aku salah satunya. Meski bukan lagi tempat bimbel
yang kuikuti saat SMA tapi aku rasa tempat bimbel yang satu ini tak kalah
bagusnya. Namun tak sedikit sahabatku yang tak seantusias kami. Merekalah yang
begitu yakin akan lolos di seleksi tanpa tes masuk perguruan tinggi, sebut saja
SNMPTN. Aku sendiri tak begitu yakin.
Saat UN selesai tersisa seminggu
lagi sebelum kelas bimbel dimulai. Kami anak-anak ATLANTIS (sebutan untuk kelas
XII IPA 1) hanya berusaha mengisi liburan dengan refreshing. Melepas letih dan
penat di kepala. Maaf aku lupa momen ini, yang ku ingat hanyalah saat itu kita
makan-makan, bakar-bakar ikan di rumah salah seorang teman, menonton film horror,
komedi, dan saling bercerita kisah kita selama SMA ini. Malam panjang dihabiskan
di rumah sahabat berbagi suka ria, canda, dan tawa. Malam itu cukup keren bila
di ulang walau hanya sedikit ATLANTERS yang hadir saat itu.
Tibalah hari keberangkatan.
Ini pertama kalinya aku
berkendara dengan sepeda motor ke Kota Makassar. Jarak sekitar 200 meter harus
kutempuh dari kota Bulukumba. Tas
carrier 60 liter kubawa dengan bangga. Aku jemput teman yang akan berboncengan
denganku. Namanya Risal, dia teman sebangkuku di kelas. Sifatnya memang keras,
kadang menjengkelkan, tapi dia dapat diandalkan apalagi soal tolong-menolong.
Kebetulan dia tinggal di dekat
rumah wanita yang biasa disebut kekasih oleh pujangga..cieehh.. Yah, mungkin
labil memang. Orientasiku masih berarah tentang wanita sejak menginjak usia ke-15.
Saat ini mungkin sudah tidak lagi.
Jam 9 pagi kami berangkat.
“ Bro, kamu tidak pamit dulu sama
XXX mu? Tanya Risal sebelum berangkat.
“Nda usah bro, biarlah nanti saja
setelah Ujian, hehe!” jawabku sedikit malu.haha
Dengan kendaraan roda dua milik
adikku, sekitar pukul dua siang kami sampai di kota Makassar. Yah seperti orang
yang tersasar, aku bingung mencari rumah sepupuku yang berada di Perumahan
Kalegowa. Sekitar sejam kami putar balik, di tambah langit kota Daeng yang
sangat terik siang itu. Pikiran semakin kacau. Aku ingat juga hari itu aku
berhenti di lampu merah yang seharusnya bisa belok kiri langsung. Sontak pengemudi
ankot marah dengan logat khasnya. Sial. Berselang beberapa lama kemudian. Tibalah
kami di kediaman sepupuku.
Rumah inilah tempatku dan
keluarga biasa singgah jika mudik dari Mamju – Bulukumba ataupun sebaliknya.
Dan sekitar seminggu mungkin aku menginap di sini sebelum orang tuaku datang
merenovasi rumah di salah satu BTN di kota Sungguminasa.
Rumah telah selesai di renovasi.
Dan kini Risal berdomisili di rumah Adri, salah seorang teman kelasku juga. Aku
hanya tinggal sendiri di rumah yang terbilang baru ini. orang tuaku telah
kembali ke Mamuju. Hanya om Ahmad yang kujadikan orang tua pengganti di
kompleks ini, beberepa tetangga juga cukup bersahabat.
Ujian sesungguhnya baru saja
dimulai. Aku dituntut agar dapat mandiri. Kurasakan asli kehidupan anak muda.
Saat lapar harus buat makanan sendiri. Bangun lebih pagi, cuci pakaian sendiri,
cuci piring sendiri, membersihkan rumah sendiri, kusadar ini melatihku lebih
dewasa tentunya.
Bimbel berjalan apa adanya. Tiap
pagi berangkat ke jalan Sultan Alauddin
sebelum pukul delapan pagi agar tak ketinggalan kelas. Enam kali seminggu dan
libur jika tanggal merah, begitulah aktivitas kami.beda tipis dengan masa SMA.
Aku juga rutin mengantar jemput salah satu teman wanitaku yang kerap kusapa
Yomi. Dialah teman kelasku yang kebetulan bersamaan tempat bimbel denganku di
sini.
Latihan soal, belajar bareng,
belajat mandiri, try out, have fun, semuanya berpadu di bulan ini. Salah satu
momen yang mendebarkan di Mei ialah pengumuman SNMPTN. Aku ingat saat itu,
siang sekitar pukul satu. Aku dan Yomi berangkat ke warkop dekat rumahnya untuk
mengecek pengumuman lewat internet. Rasa deg-degan pastinya sangat bergelora
hari itu. Manakala data untuk melihat hasil telah diinput dan tombol enter adalah penentu, itulah saat-saat
krusial yang harus dihadapi.
Ah.. Banyak hal yang ingin
kuceritakan tentang kisah di bulan ini. Namun sepertinya batinku belum
tergerak. Aku hanya berkaca diriku saat ini. Umurku yang setahun lagi berkepala
dua puluh semakin membuatku takut. ketakutanku tak mampu menghasilkan sebuah
pencapaian berarti.
Doaku pagi yang masih gulita ini,
semoga ada pintu terang terbuka untukku esok hari dimana mimpi bukan lagi
sebatas mimpi. Juga semoga UAS yang tinggal seminggu lagi berjalan lancar serta
hasil yang memuaskan. Aamiin!
Asrama, 30 April 2015

No comments:
Post a Comment