Wednesday, 13 May 2015

Akhir April





Hari ini langit begitu gelap.Tak sengaja kutengok lewat kaca jendela kamar, terlihat awan kelam bergerak dengan cepatnya. Awan terlihat sangat rendah dari asrama, juga angin dingin menambah suasana Minggu sore ini. Sepertinya akan turun hujan lebat.

Aku sadar, bulan April baru saja berlalu. Bulan yang kuharapkan dapat jadi momen luar biasa dalam hidup namun masih belum. Lagi-lagi hanya pencapaian kecil yang bisa kubuat. Hanya beberapa coretan saja di agenda biruku. Entah, usahaku belum maksimal dan atau ibadahku yang belum khusyu. Bagaimana tidak, ini bulan lahirku, ayah, juga adik laki-lakiku. Tidak ada yang perlu disalahkan. Ini hanya perjalanan hidup kawan.

Saat senyap, ingatanku kembali ke akhir April tahun lalu. Masa – masa sulit, sebulan yang penuh krusial. Saat itu UN 2014 baru saja berakhir. Aku dan kawan seperjuangan SMAN 1 Bulukumba telah menyelesaikan misi. Yah, PDKT selama 3 tahun, menjalin hubungan hanya 3 hari, dan digantung selama sebulan. Itulah ujian nasional.

Beberapa dari kami telah mempersiapkan diri menghadapi Ujian Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN). Ada yang belajar mandiri ataupun dengan mendaftar di tempat-tempat bimbingan belajar(bimbel) di kota Makassar. Termasuk aku salah satunya. Meski bukan lagi tempat bimbel yang kuikuti saat SMA tapi aku rasa tempat bimbel yang satu ini tak kalah bagusnya. Namun tak sedikit sahabatku yang tak seantusias kami. Merekalah yang begitu yakin akan lolos di seleksi tanpa tes masuk perguruan tinggi, sebut saja SNMPTN. Aku sendiri tak begitu yakin.

Saat UN selesai tersisa seminggu lagi sebelum kelas bimbel dimulai. Kami anak-anak ATLANTIS (sebutan untuk kelas XII IPA 1) hanya berusaha mengisi liburan dengan refreshing. Melepas letih dan penat di kepala. Maaf aku lupa momen ini, yang ku ingat hanyalah saat itu kita makan-makan, bakar-bakar ikan di rumah salah seorang teman, menonton film horror, komedi, dan saling bercerita kisah kita selama SMA ini. Malam panjang dihabiskan di rumah sahabat berbagi suka ria, canda, dan tawa. Malam itu cukup keren bila di ulang walau hanya sedikit ATLANTERS yang hadir saat itu.

Tibalah hari keberangkatan.
Ini pertama kalinya aku berkendara dengan sepeda motor ke Kota Makassar. Jarak sekitar 200 meter harus kutempuh dari kota  Bulukumba. Tas carrier 60 liter kubawa dengan bangga. Aku jemput teman yang akan berboncengan denganku. Namanya Risal, dia teman sebangkuku di kelas. Sifatnya memang keras, kadang menjengkelkan, tapi dia dapat diandalkan apalagi soal tolong-menolong.

Kebetulan dia tinggal di dekat rumah wanita yang biasa disebut kekasih oleh pujangga..cieehh.. Yah, mungkin labil memang. Orientasiku masih berarah tentang wanita sejak menginjak usia ke-15. Saat ini mungkin sudah tidak lagi.

 Jam 9 pagi kami berangkat.

“ Bro, kamu tidak pamit dulu sama XXX mu? Tanya Risal sebelum berangkat.

“Nda usah bro, biarlah nanti saja setelah Ujian, hehe!” jawabku sedikit malu.haha

Dengan kendaraan roda dua milik adikku, sekitar pukul dua siang kami sampai di kota Makassar. Yah seperti orang yang tersasar, aku bingung mencari rumah sepupuku yang berada di Perumahan Kalegowa. Sekitar sejam kami putar balik, di tambah langit kota Daeng yang sangat terik siang itu. Pikiran semakin kacau. Aku ingat juga hari itu aku berhenti di lampu merah yang seharusnya bisa belok kiri langsung. Sontak pengemudi ankot marah dengan logat khasnya. Sial. Berselang beberapa lama kemudian. Tibalah kami di kediaman sepupuku. 

Rumah inilah tempatku dan keluarga biasa singgah jika mudik dari Mamju – Bulukumba ataupun sebaliknya. Dan sekitar seminggu mungkin aku menginap di sini sebelum orang tuaku datang merenovasi rumah di salah satu BTN di kota Sungguminasa.

Rumah telah selesai di renovasi. Dan kini Risal berdomisili di rumah Adri, salah seorang teman kelasku juga. Aku hanya tinggal sendiri di rumah yang terbilang baru ini. orang tuaku telah kembali ke Mamuju. Hanya om Ahmad yang kujadikan orang tua pengganti di kompleks ini, beberepa tetangga juga cukup bersahabat.

Ujian sesungguhnya baru saja dimulai. Aku dituntut agar dapat mandiri. Kurasakan asli kehidupan anak muda. Saat lapar harus buat makanan sendiri. Bangun lebih pagi, cuci pakaian sendiri, cuci piring sendiri, membersihkan rumah sendiri, kusadar ini melatihku lebih dewasa tentunya.

Bimbel berjalan apa adanya. Tiap pagi  berangkat ke jalan Sultan Alauddin sebelum pukul delapan pagi agar tak ketinggalan kelas. Enam kali seminggu dan libur jika tanggal merah, begitulah aktivitas kami.beda tipis dengan masa SMA. Aku juga rutin mengantar jemput salah satu teman wanitaku yang kerap kusapa Yomi. Dialah teman kelasku yang kebetulan bersamaan tempat bimbel denganku di sini.

Latihan soal, belajar bareng, belajat mandiri, try out, have fun, semuanya berpadu di bulan ini. Salah satu momen yang mendebarkan di Mei ialah pengumuman SNMPTN. Aku ingat saat itu, siang sekitar pukul satu. Aku dan Yomi berangkat ke warkop dekat rumahnya untuk mengecek pengumuman lewat internet. Rasa deg-degan pastinya sangat bergelora hari itu. Manakala data untuk melihat hasil telah diinput dan tombol enter adalah penentu, itulah saat-saat krusial yang harus dihadapi. 

Ah.. Banyak hal yang ingin kuceritakan tentang kisah di bulan ini. Namun sepertinya batinku belum tergerak. Aku hanya berkaca diriku saat ini. Umurku yang setahun lagi berkepala dua puluh semakin membuatku takut. ketakutanku tak mampu menghasilkan sebuah pencapaian berarti.

Doaku pagi yang masih gulita ini, semoga ada pintu terang terbuka untukku esok hari dimana mimpi bukan lagi sebatas mimpi. Juga semoga UAS yang tinggal seminggu lagi berjalan lancar serta hasil yang memuaskan. Aamiin!


Asrama, 30 April 2015


No comments:

Post a Comment