Tanpa terasa masa TPB (Tahap
Persiapan Bersama) “Kampus merah maroon” ini sudah tiga per empatnya terlewati.
Sebentar lagi kuliah di tanah rantau genap dua semester. Kehidupan mahasiswa tingkat
satu akan segera terasa manis, pahit, asam dan hambarnya. Sebentar lagi akan
keluar asrama, entahlah hunian baru yang masih misteri, akankah engkau senyaman
kamar ini? Atau malah sebaliknya? Tak ada jawabnya.
UTS beberapa hari yang lalu baru
saja berakhir. Masa-masa UTS Inilah salah satu momen yang mengingatkan kembali
betapa pentingnya manajemen waktu buat mahasiswa. Ya, mungkin tak jauh beda
dengan mahasiswa kebanyakan, sadar ataupun tak sadar, waktu luang adalah nikmat
yang begitu riskan. Sangat sederhana namun terkadang menyisahkan penyesalan
yang tak sederhana. Mungkin sudah menjadi sifat dasar yang dominan bagi manusia
abad 20. Jikalau suatu kewajiban telah dikejar deadline maka seluruh kemampuan dikerahkan hingga batas untuk menyelesaikannya.
Sebaliknya, jika waktu yang tersisa masih panjang, berleha-leha dan sikap santai takkan
terhidarkan. Oh.. indahnya sifat manusia.
Satu hal lagi yang membuat saya
tersadar akan bodohnya diri ini. Sikap hidup yang semestinya harus dibuang sejak dulu.
Menganggap remeh suatu masalah, merasa mampu untuk bergerak sendiri, mengira
turut campur seorang teman tidak diperlukan, di situlah Kadang Sang Pencipta
menegur dengan skenarionya yang sulit tuk ditebak.
UTS semester genap kali ini
menyisakan rehat buat mahasiwa sekitar lima hari. Terhitung mulai rabu hinga
minggu. Yah mungkin hanya kelasku saja yang seperti ini. Tak perlu
dipermasalahkan. Toh ini adalah
keinginan bersama. Buat Fadil, KM( Ketua Mahasiswa) kelas TT3805 dan semua dosen yang baik, terima
kasih atas toleransinya.
Selasa malam bertepatan dengan
hari terakhir ujian, pertandingan futsal
antara tim Permak United dan Daeng FC digelar. Istilah baru yang mungkin belum
pernah terdengar buat para penggemar sepak bola. Ya, begitulah istilah yang
diberikan oleh kawan-kawan Sulawesi di kampus ini.
PERMAK adalah singkatan dari Persatuan Mahasiswa
Kosong. Perkumpulan mahasiswa Sulawesi yang notabene sedang mengalami
kekosongan. Dipelopori oleh Kak Aksa, senior 2011 yang paling akrab dengan kami
dan didominasi oleh angkatan 2014 yang tinggal di asrama. Entah darimana
sejarah lahirnya perkumpulan ini saya hanya coba join saja agar tidak kosong.
Bakbakan Ciamis biasa disingkat BBC, atau lebih sering disebut Daeng FC yaitu
perkumpulan Mahasiswa yang ngontrak di sekitaran Gang Bakbakan Ciamis dan
Sukapura yang kesemuanya adalah alumni SMK Telkom Makassar.
Malam itu suasana lapangan futsal
IFI berhasil dihiasi keseruan oleh dua tim ini. Tak mementingkan berapa skor
yang tercetak ataupun skill pemain,Canda tawa dan kebersamaanlah yang utama.
Selepas pertandingan futsal, kami istirahat sejenak dan membicarakan mau kemana
esok hari untuk mengisi refreshing.
Banyak saran yang masuk, mulai dari yang serius sampai yang bualan semata.
Hehe. Akhirnya, setelah lama berbincang, diputuskanlah bahwa esok hari kami
akan goes ke PVJ (Paris Van Java)
kemudian lanjut ke wisata alam yang akan di putuskan selanjutnya.
“Oke besok nah jam 8 pagi langsung OTW (on the way)”. Seru Muayyar
“Sung!” sahut Kak Aksa.
Tepat jam 7 pagi waktu Telkom
University dan sekitarnya, ku cek akun LINE ternyata obrolan di multiple chat sudah terisi oleh
teman-teman yang akan berangkat hari itu. Mereka sedang sibuk memperbincangkan
masalah kendaraan. Ya..tak semua dari kami yang memiliki kendaraan, mau tak
mau, motor rental pun jadi pilihan. Dengan tarif beragam, ada yang pas namun
tak sedikit pula yang terbilang mahal buat kantong mahasiswa.
Kuhubungi Muayyar, yang kebetulan
akan bergandengan dengan saya namun tak ada akun medsosnya yak aktif, via
telepon pun tak berbeda. Ah sudahlah, barangkali dia masih tidur. Sebentar lagi
mungkin dia akan bangun. Pikirku.
Kulangkahkan kaki menuju kosan
kak aksa, berharap sudah ada beberapa kawan disana menunggu. Menggelar karpet
merah menanti kedatanganku. Namun lagi-lagi, kenyataan kerap kali tak berjalan
lurus dengan harapan. Hanya ada Kak Aksa di sana. Memang budaya ngaret
sudah menjamur dimana-mana. Bukan Indonesia namanya kalau tepat waktu. Biarlah mereka yang masih terlelap melajutkan mimpinya. Barangkali sedang
klimaks.
Adzan Dzhur berkumandang,….tim
ekspedisi sudah hampir lengkap. Tersisa tiga orang lagi, mereka sedang
menjemput motor sewaanya. Adit, Putra dan Gian. Trio kwek-kwek ini memang
begitu kompak. Adit dari prodi Teknik Telekomunikasi, Putra Teknik Elektro dan
Gian dari Teknik Industri. Tak jarang melihat mereka jalan bareng, makan
bareng. Seperi jalinan kasih segitiga saja. Ngaret hari ini jauh di atas
rata-rata. Jam satu siang kurang seperempat, barulah kami berangkat ke
destinasi liburan UTS hari ini.
PVJ menjadi tempat pertama
dikunjungi. Meski mall ini tak seramai biasanya, sekali lagi kebersamaan
kamilah yang utama. Mungkin memang ini bukan hari libur jadi wajar sajalah tak
terlalu ramai. Mengitari shop demi
shop dengan gaya kekosongannya,
pasukan tampak kebingungan mau kemana.
“Ayo pergi main skating saja,” Dodi melemparkan saran
dengan logat Makassar tentunya.
“Ayo, kalau saya terserah ji ia,”
jawabku santai.
“saya juga terserah, kalau mau
semua ayoo…”,sahut Dani.
Meneruskan langkah ke arah yang
dituju. Seiring berjalannya waktu, tampaknya tempat ini sudah mulai ramai diisi
oleh makhluknya. Tiba di sebuah lokasi yang diharapkan adalah tempat main skating rupanya hanya Bioskop. Muncullah
opini baru.
“Bagaimana kalau nonton
saja?”Tanya Gian diikuti dukungan Putra.
“Terserah, langsung saja kalau mau!’
ucap kak aksa dengan logat khasnya.
“Ayo nonton saja yang pasti-pasti
daripada skating yang belum pasti jadi,bagaimana?” sahut Muayyar mengajak dan
menyodorkan uangnya.
“Deh tidak cukup uangku,” jawab
Aso dengan nada sedikit tak ikhlas.
“Sini biar saya tambahkan!” kak Aksa memastikan.
Setelah debat kecil terselesaikan
dan diputuskanlah untuk memilih film yang akan menjadi tontonan siang itu. Film
yang berjudul American Sniper menjadi peraih suara terbanyak. Dalam benakku
sempat terlintas, sepertinya list film
hari ini semuanya kurang seru. Entahlah mungkin ini hanya pemikiran alam bawah
sadar saja atau keinginan lain ke sebrang sana. Wisata alam memang lebih
menarik dan menantang dari pada hanya dengan duduk manis di depan layar lebar,
ruangan gelap dan kedap suara. Tapi tak masalahlah, momen ngumpul bareng seperti
ini di luar kampus mungkin akan jarang ditemui.
Film telah usai, para penonoton
mulai meninggalkan tempatnya masing-masing. Rombongan PERMAK pun berjalan
keluar gedung. Perlahan namun pasti, oh rupanya banyak pasangan muda-mudi yang
turut meramaikan ruangan ini. Yah mungkin mereka merasa romantic jika bisa
duduk bermesraan di kursi teratas bioskop. Tanpa orang tua dan sahabat yang
kadang mengganggu, dunia serasa milik mereka berdua.
Senja segera tiba dan matahari
tampak mulai bersembunyi malu-malu . Hujan membasahi kota Bandung sore
menjelang malam kala itu.Rasa Lapar tak dapat berbohong. Perutku mulai
menyanyikan lagu keroncong dan rupanya lagu keroncong ini di mainkan di
mana-mana. Aku tak sendiri, Kawan yang lain banyak yang mulai dihampiri rasa
lapar itu.
Hujan menguyur Tanah Sunda dengan
derasnya. Tampaknya kami tak bisa keluar mencari tempat makan yang lebih murah.
Mau tak mau makanan capat saji menjadi alternative pilihan. Panganan junk food dilahap oleh sekawanan
mahasiswa dengan bringasnya. Haha. Tak apalah meski kurang sehat dan harga
kurang bersahabat, setidaknya perut ini dapat terganjal.
“Mau kemana setelah ini cika?”
Dani mulai menanyakan ke forum.
“Kalau saya mau pulang deh”,
jawab Aso seperti ada beban di kosan.
“Aiii,, bagaiamana kalau ke Jalan
Braga dulu nongkrong?" Dani kembali menawarkan opsi.
“Ayo,, langsung mi baru pulang,
sebelum jam 9 malam soalnya besok ada kuliah setengah tujuh pagi,” sahut adit
memelas. Dalam hati kuberpikir, bagus Dit.., soalnya ini motor rental batas
pakainya cuman sampai jam Sembilan malam, kalau lewat nanti bisa kena
denda.
“Ayolah, nanti hujan deras lagi!”
Ucap muayyar bersemangat di iringi derai hujan yang mulai reda.
Setiba kami di jalan Braga, tak
banyak yang dapat dijadikan hiburan. Yah mungkin ini bukan akhir pekan ataupun
hari libur. Toko-toko kuliner, warung kopi modern, jasa lukis, minimarket, mall,
pengamen bahkan pengemis menghiasi jalan satu arah ini. Terdapat pula beberapa grafity tak terawatt di dinding-dinding bangunan yang sedang tutup. Mengabadikan gambar di emperan jalan dan pertokoan jadi kegiatan PERMAK malam itu.
Bersambung....
No comments:
Post a Comment