Wednesday, 25 March 2015

Liburan Kali Ini


Tanpa terasa masa TPB (Tahap Persiapan Bersama) “Kampus merah maroon” ini sudah tiga per empatnya terlewati. Sebentar lagi kuliah di tanah rantau genap dua semester. Kehidupan mahasiswa tingkat satu akan segera terasa manis, pahit, asam dan hambarnya. Sebentar lagi akan keluar asrama, entahlah hunian baru yang masih misteri, akankah engkau senyaman kamar ini? Atau malah sebaliknya? Tak ada jawabnya.

UTS beberapa hari yang lalu baru saja berakhir. Masa-masa UTS Inilah salah satu momen yang mengingatkan kembali betapa pentingnya manajemen waktu buat mahasiswa. Ya, mungkin tak jauh beda dengan mahasiswa kebanyakan, sadar ataupun tak sadar, waktu luang adalah nikmat yang begitu riskan. Sangat sederhana namun terkadang menyisahkan penyesalan yang tak sederhana. Mungkin sudah menjadi sifat dasar yang dominan bagi manusia abad 20. Jikalau suatu kewajiban telah dikejar deadline maka seluruh kemampuan dikerahkan hingga batas untuk menyelesaikannya. Sebaliknya, jika waktu yang tersisa masih panjang, berleha-leha dan sikap santai takkan terhidarkan. Oh.. indahnya sifat manusia.

Satu hal lagi yang membuat saya tersadar akan bodohnya diri ini. Sikap hidup yang semestinya harus dibuang sejak dulu. Menganggap remeh suatu masalah, merasa mampu untuk bergerak sendiri, mengira turut campur seorang teman tidak diperlukan, di situlah Kadang Sang Pencipta menegur dengan skenarionya yang sulit tuk ditebak.

UTS semester genap kali ini menyisakan rehat buat mahasiwa sekitar lima hari. Terhitung mulai rabu hinga minggu. Yah mungkin hanya kelasku saja yang seperti ini. Tak perlu dipermasalahkan. Toh ini adalah keinginan bersama. Buat Fadil, KM( Ketua Mahasiswa) kelas TT3805 dan semua dosen yang baik, terima kasih atas toleransinya.

Selasa malam bertepatan dengan hari terakhir ujian,  pertandingan futsal antara tim Permak United dan Daeng FC digelar. Istilah baru yang mungkin belum pernah terdengar buat para penggemar sepak bola. Ya, begitulah istilah yang diberikan oleh kawan-kawan Sulawesi di kampus ini. 

PERMAK  adalah singkatan dari Persatuan Mahasiswa Kosong. Perkumpulan mahasiswa Sulawesi yang notabene sedang mengalami kekosongan. Dipelopori oleh Kak Aksa, senior 2011 yang paling akrab dengan kami dan didominasi oleh angkatan 2014 yang tinggal di asrama. Entah darimana sejarah lahirnya perkumpulan ini saya hanya coba join saja agar tidak kosong. Bakbakan Ciamis biasa disingkat BBC, atau lebih sering disebut Daeng FC yaitu perkumpulan Mahasiswa yang ngontrak di sekitaran Gang Bakbakan Ciamis dan Sukapura yang kesemuanya adalah alumni SMK Telkom Makassar.

Malam itu suasana lapangan futsal IFI berhasil dihiasi keseruan oleh dua tim ini. Tak mementingkan berapa skor yang tercetak ataupun skill pemain,Canda tawa dan kebersamaanlah yang utama. Selepas pertandingan futsal, kami istirahat sejenak dan membicarakan mau kemana esok hari untuk mengisi refreshing. Banyak saran yang masuk, mulai dari yang serius sampai yang bualan semata. Hehe. Akhirnya, setelah lama berbincang, diputuskanlah bahwa esok hari kami akan goes ke PVJ (Paris Van Java) kemudian lanjut ke wisata alam yang akan di putuskan selanjutnya.

“Oke besok nah jam 8 pagi langsung OTW (on the way)”. Seru Muayyar

“Sung!” sahut Kak Aksa.
Tepat jam 7 pagi waktu Telkom University dan sekitarnya, ku cek akun LINE ternyata obrolan di multiple chat sudah terisi oleh teman-teman yang akan berangkat hari itu. Mereka sedang sibuk memperbincangkan masalah kendaraan. Ya..tak semua dari kami yang memiliki kendaraan, mau tak mau, motor rental pun jadi pilihan. Dengan tarif beragam, ada yang pas namun tak sedikit pula yang terbilang mahal buat kantong mahasiswa.

Kuhubungi Muayyar, yang kebetulan akan bergandengan dengan saya namun tak ada akun medsosnya yak aktif, via telepon pun tak berbeda. Ah sudahlah, barangkali dia masih tidur. Sebentar lagi mungkin dia akan bangun. Pikirku.

Kulangkahkan kaki menuju kosan kak aksa, berharap sudah ada beberapa kawan disana menunggu. Menggelar karpet merah menanti kedatanganku. Namun lagi-lagi, kenyataan kerap kali tak berjalan lurus dengan harapan. Hanya ada Kak Aksa di sana. Memang budaya ngaret sudah menjamur dimana-mana. Bukan Indonesia namanya kalau tepat waktu. Biarlah mereka yang masih terlelap melajutkan mimpinya. Barangkali sedang klimaks.

Adzan Dzhur berkumandang,….tim ekspedisi sudah hampir lengkap. Tersisa tiga orang lagi, mereka sedang menjemput motor sewaanya. Adit, Putra dan Gian. Trio kwek-kwek ini memang begitu kompak. Adit dari prodi Teknik Telekomunikasi, Putra Teknik Elektro dan Gian dari Teknik Industri. Tak jarang melihat mereka jalan bareng, makan bareng. Seperi jalinan kasih segitiga saja. Ngaret hari ini jauh di atas rata-rata. Jam satu siang kurang seperempat, barulah kami berangkat ke destinasi liburan UTS hari ini.

PVJ menjadi tempat pertama dikunjungi. Meski mall ini tak seramai biasanya, sekali lagi kebersamaan kamilah yang utama. Mungkin memang ini bukan hari libur jadi wajar sajalah tak terlalu ramai. Mengitari shop demi shop dengan gaya kekosongannya, pasukan tampak kebingungan mau kemana. 

“Ayo pergi main skating saja,” Dodi melemparkan saran dengan logat Makassar tentunya.
“Ayo, kalau saya terserah ji ia,” jawabku santai.
“saya juga terserah, kalau mau semua ayoo…”,sahut Dani.
Meneruskan langkah ke arah yang dituju. Seiring berjalannya waktu, tampaknya tempat ini sudah mulai ramai diisi oleh makhluknya. Tiba di sebuah lokasi yang diharapkan adalah tempat main skating rupanya hanya Bioskop. Muncullah opini baru.

“Bagaimana kalau nonton saja?”Tanya Gian diikuti dukungan Putra.
“Terserah, langsung saja kalau mau!’ ucap kak aksa dengan logat khasnya.
“Ayo nonton saja yang pasti-pasti daripada skating yang belum pasti jadi,bagaimana?” sahut Muayyar mengajak dan menyodorkan uangnya.
“Deh tidak cukup uangku,” jawab Aso dengan nada sedikit tak ikhlas.
“Sini biar saya tambahkan!” kak Aksa memastikan.

Setelah debat kecil terselesaikan dan diputuskanlah untuk memilih film yang akan menjadi tontonan siang itu. Film yang berjudul American Sniper menjadi peraih suara terbanyak. Dalam benakku sempat terlintas, sepertinya list film hari ini semuanya kurang seru. Entahlah mungkin ini hanya pemikiran alam bawah sadar saja atau keinginan lain ke sebrang sana. Wisata alam memang lebih menarik dan menantang dari pada hanya dengan duduk manis di depan layar lebar, ruangan gelap dan kedap suara. Tapi tak masalahlah, momen ngumpul bareng seperti ini di luar kampus mungkin akan jarang ditemui.

Film telah usai, para penonoton mulai meninggalkan tempatnya masing-masing. Rombongan PERMAK pun berjalan keluar gedung. Perlahan namun pasti, oh rupanya banyak pasangan muda-mudi yang turut meramaikan ruangan ini. Yah mungkin mereka merasa romantic jika bisa duduk bermesraan di kursi teratas bioskop. Tanpa orang tua dan sahabat yang kadang mengganggu, dunia serasa milik mereka berdua.

Senja segera tiba dan matahari tampak mulai bersembunyi malu-malu . Hujan membasahi kota Bandung sore menjelang malam kala itu.Rasa Lapar tak dapat berbohong. Perutku mulai menyanyikan lagu keroncong dan rupanya lagu keroncong ini di mainkan di mana-mana. Aku tak sendiri, Kawan yang lain banyak yang mulai dihampiri rasa lapar itu.

Hujan menguyur Tanah Sunda dengan derasnya. Tampaknya kami tak bisa keluar mencari tempat makan yang lebih murah. Mau tak mau makanan capat saji menjadi alternative pilihan. Panganan junk food dilahap oleh sekawanan mahasiswa dengan bringasnya. Haha. Tak apalah meski kurang sehat dan harga kurang bersahabat, setidaknya perut ini dapat terganjal.

“Mau kemana setelah ini  cika?” Dani mulai menanyakan ke forum.
“Kalau saya mau pulang deh”, jawab Aso seperti ada beban di kosan.
“Aiii,, bagaiamana kalau ke Jalan Braga dulu nongkrong?" Dani kembali menawarkan opsi.
“Ayo,, langsung mi baru pulang, sebelum jam 9 malam soalnya besok ada kuliah setengah tujuh pagi,” sahut adit memelas. Dalam hati kuberpikir, bagus Dit.., soalnya ini motor rental batas pakainya cuman sampai jam Sembilan malam, kalau lewat nanti bisa kena denda.
“Ayolah, nanti hujan deras lagi!” Ucap muayyar bersemangat di iringi derai hujan yang mulai reda.
Setiba kami di jalan Braga, tak banyak yang dapat dijadikan hiburan. Yah mungkin ini bukan akhir pekan ataupun hari libur. Toko-toko kuliner, warung kopi modern, jasa lukis, minimarket, mall, pengamen bahkan pengemis menghiasi jalan satu arah ini. Terdapat pula beberapa grafity tak terawatt di dinding-dinding bangunan yang sedang tutup. Mengabadikan gambar di emperan jalan dan pertokoan jadi kegiatan PERMAK malam itu.

Bersambung....

No comments:

Post a Comment