Terinspirasi oleh cerita Anthony de Mello, seorang raja di salah satu kota akan mengadakan gathering (pesta bersama) dengan rakyatnya. Sebagai bentuk kebersamaan, setiap keluarga diharapkan untuk membawa botol anggur untuk dituangkan dalam satu tempat sehingga setelah terkumpul semua, akan dinikmati bersama-sama. Satu demi satu keluarga menuangkan sebotol anggur yang dibawanya di tempat yang telah disediakan oleh panitia.
Setelah semuanya terkumpul, mulailah raja
membicarakan maksud diadakannya acara kebersamaan tersebut, yang juga sebagai
ucapan syukur atas panen yang baru saja dilaksanakan. Anggur yang terkumpul ini
merupakan simbol kebersamaan bahwa dalam keadaan apapun warga harus tetap
kompak dan bersatu. Sebagai tanda dibukanya acara tersebut, raja dan perdana
menteri bersulang dengan anggur yang diambil dari tempat penampungan anggur.
Betapa kagetnya raja dan perdana menteri karena anggur tersebut rasanya hambar
bahkan agak asin. Raja marah dan ingin mengetahui siapa yang telah merusak
acara tersebut dnegan meletakkan air teh atau air biasa ke dalam tempat
penampungan anggur.
Tim penyelidik kasus ini ternyata
menemukan suatu fenomena bahwa masing-masing orang berpikir, “kalau aku
masukkan sebotol air putih sedikit saja ke dalam tong tersebut, pasti tidak
akan mengubah rasa apa-apa apalagi tongnya sangat besar dan ukurannya
bergalon-galon. Apalah arti sebuah botol air biasa jika dimasukkan ke dalam
tong tersebut. Rupanya tidak hanya seorang yang berikiran demikian. Hampir
semua penduduk yang membwa botol berpikir demikian dan tong itu pun akhirnya
sebagian besar terisi air putih atau teh.
_o0o_
Pelajaran yang bisa dipetik dari cerita ini adalah persoalan waktu. Ketika janji untuk hadir dalam suatu pertemuan sudah ditetapkan, hal itu menunjukan seberapa besar komitmen terhadap pertemuan tersebut dan harga yang harus dibayar. Jika saja seseorang terpaksa hadir terlambat dalam suatu pertemuan, misalnya menyangka toh Cuma dia sendiri yang datnag terlambat, pasti tidak berpengaruh terhadap jalannya rapat. Akan tetapi, pada kenyataanya tidak hanya dia sendiri yang berprasangka demikian, melainkan semua peserta pertmuan yang diundang. Akibatnya acara pun terlambat dilaksanakan karena molor.
Waktu merupakan inti perputaran
dunia. Waktu selalu bergerak maju dan tidak mungkin mundur dengan volume tetap.
Waktu merupakan catatan sejarah seseorang dan waktu merupakan kesempatan.
Waktu dalam bahasa Yunani dikenal
dengan dua pengertian, yakni kronos dan
kairos. Kronos mengacu pada
pengertian urutan waktu yang berjalan secara otomatis (kronologis). Sedangkan kairos mengacu pada hakikat waktu,
saat/momen di dalam waktu, yang tidak akan pernah kembali lagi.
Betapa berharganya waktu hingga
John C. Maxwell menulis dalam bukunya Today
Matters seperti ini:
Untuk mengetahui nilai satu
tahun ... tanyakanlah
Kepada murid yang gagal dalam unjian akhir
Kepada murid yang gagal dalam unjian akhir
Untuk mengetahui nilai satu bulan ... tanyaknalah
Kepada ibu yang bayinya lahir
prematur
Untuk mengetahui nilai satu minggu ... tanyakanlah
Kepada editor majalah mingguan
Untuk mengetahui nilai satu hari ... tanyakanlah
Kepada buruh harian yang
mempunyai enam orang anak
Unutk mengetahui nilai satu menit ... tanyakanlah
Kepada kekasih yang sedang
menantikan waktu berjumpa
Untuk mengetahui nilai satu detik ... tanyakanlah
Kepada orang yang selamat dari
kecelakaan
Unutk mengetahui nilai satu millidetik ... tanyakanlah
Kepada peraih medali perak
olimpiade.
Dari sisi bisnis, waktu
diibaratkan seperti batang besi; sejauh mana usaha yang dicurahkan dalam
mengelola, mengorganisasikan dan mengoptimalkan pemanfaatanya maka sejauh itu
pula nilai uang dan harga dari sebatang besi tersebut.
Salah satu anekdot menarik
tentang ”jam” menggambarkan tingkat korupsi di tiap-tiap negara. Konon katanya
(dalam anekdot ini), di surga ada barisan jam dinding dari tiap-tiap negara
yang kecepatan berputar jarumnya beergantung pada tingginya tingkat korupsi di
negara tersebut. Semakin tinggi tingkat korupsi di negara tersebut, semakni
cepat pula perputaran yang ada di dalamnya. Suatu kali seorang warga negara
Indonesia yang ada di surga bertanya kepada malaikat, “Tuanku, hamba tidak
melihat jam dari Indonesia. Di manakah gerangan, apakah negara kami sudah bebas
dari korupsi?”
Dengan tersemyum malaikat
tersebut menjawab, “Oh, jam dari negara Anda, Indonesia, kami letakkan di dapur
menjadi kipas angin karena kecepatan berputar melebihi rata-rata perputaran jam
di sini!”
24 jam sehari adalah waktu yang
diberikan Sang Khalik untuk digunakan sebaik-baiknya. Manusia diberi kebebasan
penuh untuk mengisinya dengan efektif dan efisien. Warren Bennis mendefinisikan
istilah efektif dengan “melakukan hal-hal yang benar” dan efisien berarti
melakukan”segala sesuatu dengan benar”.
Kebebasan dalam memanfaatkan waktu tidak perlu harus ikut-ikutan yang akhirnya merusak masa depan.
Kebebasan dalam memanfaatkan waktu tidak perlu harus ikut-ikutan yang akhirnya merusak masa depan.
Dunia mengenal Pablo Picasso
sebagai seorang seniman sejati yang menghabiskan waktunya untuk melukis selama
18 jam sehari. Bahkan pada usia 90 tahun, Picasso masih menghasilkan lukisan
yang luar biasa. Prinsip hidupnya ketika di tanya, adalah “Saya tidak punya
waktu satu detik pun untuk di sia-siakan!”
Lain lagi dengan Albert Einstein,
yang dijuluki “Professor Pikun” lantaran pola pikirnya yang eksak, telah
mengelompokkan aktivitas-aktivitas sosial dan lainnya dalam aktivitas yang
menyia-nyiakan waktu. Bahkan Einstein menganngap, memakai kaus kaki merupakan
salah satu kerumitan hidup yang tidak perlu.
Inilah paradoks kehidupan. Ada
yang merasa, waktu 24 jam yang diberikan sang pencipta terasa kurang, namun ada
pula manusia yang merasa waktu 24 jam tersebut sangatlah lama dan panjang.
Mereka yang hidupnya bijaksana,
akan semakin pandai melatih dirinya dalam menggunkan waktu se-efisien mungkin
untuk menghasilkan dampak dan manfaat sebesar-besarnya. Sebelum melakukan
tindakan dan menginvestasikan waktunya, dia akan mempertimbangkan dengan sangat
matag manfaat aktivitas yang dilakukannya bagi orang lain dan untuk pengembangan dirinya sendiri.
Mereka yang bijaksana mengatur waktu, hidupnya lebih tertib, pengeluaran uang
lebih hemat, dan memiliki waktu yang cukup untuk keluarga.
Sebuah puisi indah pernah
menggoreskan tinta emas mengenai komitmen waktu:
Ambillah waktu untuk berpikir
Itu adalah sumber kekuatan
Ambillah
waktu untuk bermain
Itu
rahasia dari masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk membaca
Itu adalah sumber kebijaksanaan
Ambillah
waktu untuk berdoa
Itu
adalah ekkuatan terbesar di bumi
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai
Itu adalah hak istimewa yang diberikan sang
pencipta
Ambillah
waktu untuk bersahabat
Itu
adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa
Itu adalah musik yang mengetarkan jiwa
Ambillah
waktu untuk memberi
Itu
adalah hari yang singkat untuk kepentingan diri sendiri
Ambillah waktu untuk bekerja
Itu adalah nilai keberhasilan
Ambillah
waktu untuk beriman
Itu
adalah kunci menuju surga
Nah kawan, waktu memang
seringkali memberi banyak kejutan. Jangan pernah terlepas dari introspeksi
diri, manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Tak perlu menunda-nunda kesempatan yang
ada karena tak ada jaminan satu jam berikutnya kita masih di beri nikmat waktu
oleh Sang Pencipta. Entah di satu jam berikutnya itu waktu kita telah tiba tuk dipanggil olehnya atau akan ada hal lain yang kan menyita waktu. Buatlah motivasi dan
jangan pernah berhenti gapai mimpi yang telah kita tulis di lembaran atau angan. Ini semua tentang waktu.
Sumber Referensi: Buku
perpustakaan Telkom University.
No comments:
Post a Comment