Friday, 13 March 2015

Indah pada Waktunya



Terinspirasi oleh cerita Anthony de Mello, seorang raja di salah satu kota akan mengadakan gathering (pesta bersama) dengan rakyatnya. Sebagai bentuk kebersamaan, setiap keluarga diharapkan untuk membawa botol anggur untuk dituangkan dalam satu tempat sehingga setelah terkumpul semua, akan dinikmati bersama-sama. Satu demi satu keluarga menuangkan sebotol anggur yang dibawanya di tempat yang telah disediakan oleh panitia.

Setelah semuanya terkumpul, mulailah raja membicarakan maksud diadakannya acara kebersamaan tersebut, yang juga sebagai ucapan syukur atas panen yang baru saja dilaksanakan. Anggur yang terkumpul ini merupakan simbol kebersamaan bahwa dalam keadaan apapun warga harus tetap kompak dan bersatu. Sebagai tanda dibukanya acara tersebut, raja dan perdana menteri bersulang dengan anggur yang diambil dari tempat penampungan anggur. Betapa kagetnya raja dan perdana menteri karena anggur tersebut rasanya hambar bahkan agak asin. Raja marah dan ingin mengetahui siapa yang telah merusak acara tersebut dnegan meletakkan air teh atau air biasa ke dalam tempat penampungan anggur.
Tim penyelidik kasus ini ternyata menemukan suatu fenomena bahwa masing-masing orang berpikir, “kalau aku masukkan sebotol air putih sedikit saja ke dalam tong tersebut, pasti tidak akan mengubah rasa apa-apa apalagi tongnya sangat besar dan ukurannya bergalon-galon. Apalah arti sebuah botol air biasa jika dimasukkan ke dalam tong tersebut. Rupanya tidak hanya seorang yang berikiran demikian. Hampir semua penduduk yang membwa botol berpikir demikian dan tong itu pun akhirnya sebagian besar terisi air putih atau teh.

_o0o_

Pelajaran yang bisa dipetik dari cerita ini adalah persoalan waktu. Ketika janji untuk hadir dalam suatu pertemuan sudah ditetapkan, hal itu menunjukan seberapa besar komitmen terhadap pertemuan tersebut dan harga yang harus dibayar. Jika saja seseorang terpaksa hadir terlambat dalam suatu pertemuan, misalnya menyangka toh Cuma dia sendiri yang datnag terlambat, pasti tidak berpengaruh terhadap jalannya rapat. Akan tetapi, pada kenyataanya tidak hanya dia sendiri yang berprasangka demikian, melainkan semua peserta pertmuan yang diundang. Akibatnya acara pun terlambat dilaksanakan karena molor.
Waktu merupakan inti perputaran dunia. Waktu selalu bergerak maju dan tidak mungkin mundur dengan volume tetap. Waktu merupakan catatan sejarah seseorang dan waktu merupakan kesempatan.
Waktu dalam bahasa Yunani dikenal dengan dua pengertian, yakni kronos dan kairos. Kronos mengacu pada pengertian urutan waktu yang berjalan secara otomatis (kronologis). Sedangkan kairos mengacu pada hakikat waktu, saat/momen di dalam waktu, yang tidak akan pernah kembali lagi.
Betapa berharganya waktu hingga John C. Maxwell menulis dalam bukunya Today Matters seperti ini:
               
Untuk mengetahui nilai satu tahun ... tanyakanlah 
Kepada murid yang gagal dalam unjian akhir
Untuk mengetahui nilai satu bulan ... tanyaknalah
Kepada ibu yang bayinya lahir prematur
Untuk mengetahui nilai satu minggu ... tanyakanlah
Kepada editor majalah mingguan
Untuk mengetahui nilai satu hari ... tanyakanlah
Kepada buruh harian yang mempunyai enam orang anak
Unutk mengetahui nilai satu menit ... tanyakanlah
Kepada kekasih yang sedang menantikan waktu berjumpa
Untuk mengetahui nilai satu detik ... tanyakanlah
Kepada orang yang selamat dari kecelakaan
Unutk mengetahui nilai satu millidetik ... tanyakanlah
Kepada peraih medali perak olimpiade.
Dari sisi bisnis, waktu diibaratkan seperti batang besi; sejauh mana usaha yang dicurahkan dalam mengelola, mengorganisasikan dan mengoptimalkan pemanfaatanya maka sejauh itu pula nilai uang dan harga dari sebatang besi tersebut.
Salah satu anekdot menarik tentang ”jam” menggambarkan tingkat korupsi di tiap-tiap negara. Konon katanya (dalam anekdot ini), di surga ada barisan jam dinding dari tiap-tiap negara yang kecepatan berputar jarumnya beergantung pada tingginya tingkat korupsi di negara tersebut. Semakin tinggi tingkat korupsi di negara tersebut, semakni cepat pula perputaran yang ada di dalamnya. Suatu kali seorang warga negara Indonesia yang ada di surga bertanya kepada malaikat, “Tuanku, hamba tidak melihat jam dari Indonesia. Di manakah gerangan, apakah negara kami sudah bebas dari korupsi?”
Dengan tersemyum malaikat tersebut menjawab, “Oh, jam dari negara Anda, Indonesia, kami letakkan di dapur menjadi kipas angin karena kecepatan berputar melebihi rata-rata perputaran jam di sini!”
24 jam sehari adalah waktu yang diberikan Sang Khalik untuk digunakan sebaik-baiknya. Manusia diberi kebebasan penuh untuk mengisinya dengan efektif dan efisien. Warren Bennis mendefinisikan istilah efektif dengan “melakukan hal-hal yang benar” dan efisien berarti melakukan”segala sesuatu dengan benar”.

Kebebasan dalam memanfaatkan waktu tidak perlu harus ikut-ikutan yang akhirnya merusak masa depan.
Dunia mengenal Pablo Picasso sebagai seorang seniman sejati yang menghabiskan waktunya untuk melukis selama 18 jam sehari. Bahkan pada usia 90 tahun, Picasso masih menghasilkan lukisan yang luar biasa. Prinsip hidupnya ketika di tanya, adalah “Saya tidak punya waktu satu detik pun untuk di sia-siakan!”
Lain lagi dengan Albert Einstein, yang dijuluki “Professor Pikun” lantaran pola pikirnya yang eksak, telah mengelompokkan aktivitas-aktivitas sosial dan lainnya dalam aktivitas yang menyia-nyiakan waktu. Bahkan Einstein menganngap, memakai kaus kaki merupakan salah satu kerumitan hidup yang tidak perlu.
Inilah paradoks kehidupan. Ada yang merasa, waktu 24 jam yang diberikan sang pencipta terasa kurang, namun ada pula manusia yang merasa waktu 24 jam tersebut sangatlah lama dan panjang.
Mereka yang hidupnya bijaksana, akan semakin pandai melatih dirinya dalam menggunkan waktu se-efisien mungkin untuk menghasilkan dampak dan manfaat sebesar-besarnya. Sebelum melakukan tindakan dan menginvestasikan waktunya, dia akan mempertimbangkan dengan sangat matag manfaat aktivitas yang dilakukannya bagi orang lain  dan untuk pengembangan dirinya sendiri. Mereka yang bijaksana mengatur waktu, hidupnya lebih tertib, pengeluaran uang lebih hemat, dan memiliki waktu yang cukup untuk keluarga.
Sebuah puisi indah pernah menggoreskan tinta emas mengenai komitmen waktu:
Ambillah waktu untuk berpikir
Itu adalah sumber kekuatan
                Ambillah waktu untuk bermain
                Itu rahasia dari masa muda yang abadi
Ambillah waktu untuk membaca
Itu adalah sumber kebijaksanaan
                Ambillah waktu untuk berdoa
                Itu adalah ekkuatan terbesar di bumi
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai
Itu adalah hak istimewa yang diberikan sang pencipta
                Ambillah waktu untuk bersahabat
                Itu adalah jalan menuju kebahagiaan
Ambillah waktu untuk tertawa
Itu adalah musik yang mengetarkan jiwa
                Ambillah waktu untuk memberi
                Itu adalah hari yang singkat untuk kepentingan diri sendiri
Ambillah waktu untuk bekerja
Itu adalah nilai keberhasilan
                Ambillah waktu untuk beriman
                Itu adalah kunci menuju surga

Nah kawan, waktu memang seringkali memberi banyak kejutan. Jangan pernah terlepas dari introspeksi diri, manfaatkan waktu sebaik-baiknya. Tak perlu menunda-nunda kesempatan yang ada karena tak ada jaminan satu jam berikutnya kita masih di beri nikmat waktu oleh Sang Pencipta. Entah di satu jam berikutnya itu waktu kita telah tiba tuk dipanggil olehnya atau akan ada hal lain yang kan menyita waktu. Buatlah motivasi dan jangan pernah berhenti gapai mimpi yang telah kita tulis di lembaran atau angan. Ini semua tentang waktu.


Sumber Referensi: Buku perpustakaan Telkom University.




No comments:

Post a Comment