Saturday, 28 March 2015

Liburan Kali Ini ( Part 3 )


“ Assalamualaikum Ummi, lagi dimana? Sabtu besok bisa nda kita ketemuan?” tanyaku kepada salah seorang teman di facebook.

“Waalaikumsalam, bisa, bisa, kan Sabtu libur, hehe. Tapi mau kemana?” Balasnya beberapa menit kemudian.

“Terserah, kemana yang bagus, kemana-mana hati senanglah ,haha,” balasku rada bercanda. Sejam berlalu taka da balasan. Mungkin dia sudah terlelap . Pikirku malam itu.


Yah, Ummi adalah salah seorang teman seperjuangan di tanah rantau ini. Salah seorang teman sekelas saat SMA kemarin. Mulai mengenalnya sejak kelas X namun masih berada di kelas yang berbeda. Barulah di tahun kedua kami jadi teman sekelas hingga lulus. Sikapnya melankolis sama sepertiku. Orangnya agak tertutup, baik, dan tekun selama yang kukenal. Entahlah dia mengenalku seperti apa.

Wanita yang bernama lengkap Ummi Nur Asyifah B ini berkuliah di Institut Teknologi Bandung prodi Farmasi tahun pertama. Kami memiliki mimpi yang sama sewaktu SMA, yaitu dapat melanjutkan pendidikan di Kampus Ganesha-nya Negeri ini. Masih teringat saat masa-masa akan menempuh ujian tulis masuk perguruan tinggi. Belajar, berdoa, dan usaha, segalanya dibuat maksimal. Namun takdir telah memutuskan, hanya salah satu dari kami yang berhak. Ya itu adalah dirinya. Sayang sekali aku harus ter-eliminasi. Selamat Kawan, kamu berhasil mengalahkanku.

Dan kini, setidaknya ialah salah satu yang dapat menghubungkan saya dengan “Sang Gajah”. Bagaimana merasakan atmosfer kampus idaman itu meski belum menjadi salah satu keluarga besarnya.

“Eh, kan dua minggu ke depan kak Try Juandha segera wisuda,mau ketemuan dan jalan sama dia tidak? Yah biar bisa tambah jaringan dan motivasi, bagaimana?” balas Ummi selang sehari.

“Boleh,boleh, hari Sabtu pagi berarti kan?” tanyaku memastikan.

“ia, jam sepuluh-an lah kita ketemu di taman ganesha dekat Masjid Salman ITB” balasnya lagi.

Sabtu pagi pukul sepuluh kurang seperempat, kuberangkat menuju titik pertemuan dengan kuda besi milik teman. Beruntung dia tidak menggunakannya hari itu, jadi bisalah meminimalisir pengeluaran. Dibandingakan yang sewaan tentu yang pinjaman akan lebih murah.haha, dasar mahasiswa.

Hari itu sangat cerah. Setelah bertemu Ummi di taman ganesha, kami duduk di kursi panjang dekat taman. Menunggu kedatangan kak Juandha sembari berbincang tentang kehidupan di kampus masing-masing. Basa basi, candaan, dan pengalaman menjadi mahasiswa selama satu semester lebih ini semua dikeluarkan.

Beberapa jam berlalu, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dengan menggunakan baju lengan panjang warna hitam berlambang UKSS (Unit Kesenian Mahasiswa Sulawesi). Ya,dialah kak Juanda. Salah seorang mahasiswa yang juga berasal dari Sulawesi tepatnya kota Bulukumba. Kota yang sama dengan kami. Dia adalah alumnus SMAN 8 Bulukumba yang sebentar lagi akan menamatkan pendididkan strata satunya di SBM( Sekolah Bisnis dan Manajemen)  kampus pemilik taman ini. 

Jujur saja aku saja tak tahu kak Juanda orangnya seperti apa, romannya bagaimana, ketemu saja tak pernah. Mengenalnya pun hanya lewat video miliknya yang mendokumentasikan perjalanan dan pengalamannya sewaktu SMA menjadi salah satu delegasi Indonesia pada Program Pertuaran pelajar ke Amerika Serikat. Dan hari ini kami dipertemukan tuk pertama kalinya. Sungguh pengalaman yang bermanfaat bisa berjumpa dengan orang hebat ini. 

“Juandha,” dia memperkenalkan dirinya sambil menyodorkan tangan kepadaku.

“Aprizal,” Balasku segera menjabat tangannya.

Baru saja ingin berbincang-bincang, hujan mulai turun. Segera kami meniggalalkan taman menuju tempat teduh. Dan kantin selalu menjadi tempat yang pas. Sambil lari-lari kecil kami menuju kantin Salman.

Hari itu percakapan antara tiga orang mahasiswa asal kota dengan slogan Berlayar ini terjalin dengan mudahnya. Walau sesekali ada momen yang sedikit canggung tapi itu bukanlah halangan berarti. Seluk beluk kehidupan mahasiswa dan kota kelahiran menjadi bahasan utama hari itu. Waktu serasa berlalu begitu cepatnya. Pembicaraan yang cukup panjang banyak mengandung makna-makna propaganda serta motivasi di dalamnya.

“Jadi sudah pas kan, Lima sampai sepuluh tahun nanti kita bertiga bisa saja menjadi tokoh yang mempelopori kemajuan kota Bulukumba. Saya di bidang bisnis dan ekonomi, Ummi di kesehatan, dan Aprizal di ICT toh.” Ucap kak Juanda sedikit tertawa.

“hehe.. bisa kak, mudah-mudahan” jawabku seyum-senyum canggung.

“Jadi kak bagaimana kisah kakak waktu ikut pertukaran pelajar di Amerika Serikat?” Tanya Ummi yang terlihat sangat ingin tahu.

“Yah begitulah dek, ini semua bermula saat saya tamat SMP dan tidak diterima di dua sekolah unggulan Sulawesi Selatan. SMAN 17 Makassar dan SMAN 2 Tinggi Moncong. Akhirnya saya pulang ke Bulukumba membawa kekecewaan. Pada saat itu, kebanyakan pendaftaran siswa baru sudah tutup. Untungnya masih ada SMA 8 yang memberi jangka waktu lebih panjang.”

“hmm.. terus kak? Tanya Ummi memotong pembicaraan.

“Terus saat itulah saya berjanji untuk terus belajar dan belajar. Saya seperti menyimpan dendam pribadi yang  positif. Saya ingin membuktikan kalau mereka telah salah menilai. Motivasi tiada henti-hentinya mengiringi perjalan saya selama sekolah dulu. Hingga akhirnya Alhamdulillah saya bisa bisa meraih beberapa prestasi yang membanggakan, terutama yang paling berkesan itu adalah bisa merasakan belajar di Negara Paman Sam selama setahun dan menikmati empat musimnya yang khas” terang kak juandha.

Deh, kerennya kak!” ucapku salut.

Yah begitulah kisah singkat kak Juandha yang menambah motivasiku. Kudapatkan lagi angin baru. Semangat baru dari orang yang baru saja kutemui beberapa jam lalu. Setidaknya itulah yang sedikit membantu membasuh peluh dalam diriku.


Tak perlu terlalu berlarut-larut dalam kekecewaan. Yakinlah saja, jika salah satu pintu tertutup disitulah 99 pintu lain kan terbuka. Berjuang, jangan pernah berhenti gapai mimpi. Meski sekarang berada pada jalan yang bukan dihendaki, percayalah jalan pilihan Tuhan selalu menghadirkan kejutan. Tanamkan motivasi pada diri dalam-dalam. Kita bisa membuktikan bahwa kita terlahir sebagai orang hebat.

Kira-kira seperti itulah kesimpulan yang kudapat dari diskusi singkat edisi mahasiswa Bulukumba. Hehe.
Hari mulai senja. Cakrawala mulai menguning. Hujan turut melamabat dan sang surya masih menyembunyikan sebagian dirinya di balik awan sana. Kak Juandha pamit duluan meninggalkan kami kemudian disusul Ummi setengah jam kemudian. Teganya kalian. 

Aku hanya berharap kita dapat bersua lagi di lain waktu, degan suasana lebih mesra. Bukan, ini bukan asmara segitiga. Maksudku dalam suasana yang lebih baik dan tak kalah seru dengan hari ini. Di masa depan, mungkin perbincangan kita yang tersirat mimpi serta harapan-harapan dapat jadi kenyataan.

Saat hari menjelang malam kubersiap tuk pulang kembali ke asrama. Kuambil motor yang terparkir di depan kampus gajah. Segera kuhubungi teman yang kebetulan juga sedang berada di kota, siapa tahu saja bisa pulang bareng. Kukeluarkan hanphone dari saku celana, ah sial..baterainya tersisa tiga persen lagi.
Segera kuhubungi kak Akbar lewat pesan singkat. Berharap handphone ini masih dapat bertahan jika hanya digunakan untuk mengirim pesan.

“Asslamualaikum Kak Akbar, saya ada di ITB. Bisa tidak mampir ke kosan kakak?” tanyaku.

“waalaikumsalam, maaf dek saya mau keluar menjemput teman di bandara.” Jawabnya.

“mau pergi jam berapa kak? Bisa tidak singgah sebentar saja  nge-cas hp kak?”

Tiga menit beralu...
“Oh, sekarang saya sudah mau keluar. Tapi kesini saja barang lima belas menit tak apalah!”

Kunyalakan motor dan menuju kosan kak Akbar.

Kak akbar adalah salah satu alumni Telkom University. Dia juga berasal dari Sulawesi Selatan.Saat ini dia sedang melanjutkan S-2 Teknik Informatika di ITB. Ia nge-kos di Jalan Taman Sari dekat kampusnya. Meski tak banyak yang kuketui tentang dirinya, aku yakin dia adalah orang yang hebat. Itu terbukti dari beberapa prestasi luar biasa yang diraihnya. Jika suatu hari nanti aku akan membuat tulisan tentang orang-orang yang menginspirasi, kurasa namanya takkan luput dari tulisan itu.

Kulewati sebuah gang yang agak munurun dan licin. Sisa air hujan di jalan kecil yang hanya dapat dilewati kendaraan roda dua ini membuatku harus  berhati-hati. Kupelankan laju motor dan kutekan rem belakang terus-menerus agar tidak tergelincir. Tibalah aku di kosan milik Kak Akbar. 

Mungkin tak banyak yang ingin kuceritakan tentangnya saat ini. Biarlah di tulisan selanjutnya aku mebahas tentangnya lebih banyak. Inti yang dapat kusimpulkan dari pertemuanku dengannya hari itu ialah; 

“Jangan takut untuk mencoba berkompetisi. Aturlah waktumu dengan baik. Kuliah memang nomer satu tapi prestasi jangan sampai ketinggalan. Berusahalah ikut berpartisipasi dalam lomba - lomba yang ada. Minimal prestasi skala nasional harus dapat dicapai. Itu sangat berguna saat lulus nanti. Pengorbanan yang besar dan usaha yang maksimal disertai doa akan menghasilkan pencapaian yang sebanding pula.”

Hari Berganti.

Minggu pagi telah tiba. Oh tidak, waktu libur mulai menipis. Setelah terjaga dan melakukan rutinitas seperti biasa, ku merenung sejenak sambil bersandar di dinding kamar. Mungkin masih dalam pengaruh motivasi kemarin. Terpikir, sudah banyak waktu yang kupakai dalam hidup ini. Dua tahun lagi usiaku akan berkepala dua puluh. Namun hari-hariku belum pernah maksimal, pencapaianku saat ini masih secuil saja. Ingin sekali rasanya kutorehkan prestasi buat institusi tempatku bernaung ini.

Naitku hari terkahir libur ini dapat di isi kegiatan relaksasi atau olahraga menyambut kuliah pra UAS besok. Namun aku pesimis, mana ada teman PERMAK bangun jam tujuh pagi. Paling mereka masih tidur. Ah sudahlah.Pikirku. Kuraih smartphone yang tergeletak di meja. Kulihat banyak sekali pemberitahun akun MEDSOS yang muncul. Dan salah satunya ialah pesan singkat kak akasa lewat LINE.

“sung, bagaimana kalau pergi renang ke Saraga ITB?” tanyanya.

“ayo, kalau tidak ada teman yang lain mau ikut, kita berdua saja?” tanyaku bersemangat.

“oke siap”. Jawabnya.

Rasa kantukku segera hilang. Kubersiap dan segera menuju kosan kak Aksa.

Kolam renang Saraga ITB menjadi tempat melepas penat pagi itu. Meski hanya sebuah kolam renang, setidaknya kami senang. Meski agak jauh dan panas terik mulai menyerang, setidaknya liburan kali ini tidak kosong. Lima hari Kebersamaan bersama kawan-kawan tak hentinya menjadi obat kekosongan suasana hati ini.

 

Bandung,  22 Maret 2015.
 




No comments:

Post a Comment