“
Assalamualaikum Ummi, lagi dimana? Sabtu besok bisa nda kita ketemuan?” tanyaku
kepada salah seorang teman di facebook.
“Waalaikumsalam,
bisa, bisa, kan Sabtu libur, hehe. Tapi mau kemana?” Balasnya beberapa menit
kemudian.
“Terserah,
kemana yang bagus, kemana-mana hati senanglah ,haha,” balasku rada bercanda. Sejam berlalu
taka da balasan. Mungkin dia sudah terlelap . Pikirku malam itu.
Yah, Ummi
adalah salah seorang teman seperjuangan di tanah rantau ini. Salah seorang
teman sekelas saat SMA kemarin. Mulai mengenalnya sejak kelas X namun masih
berada di kelas yang berbeda. Barulah di tahun kedua kami jadi teman sekelas
hingga lulus. Sikapnya melankolis sama sepertiku. Orangnya agak tertutup, baik,
dan tekun selama yang kukenal. Entahlah dia mengenalku seperti apa.
Wanita yang
bernama lengkap Ummi Nur Asyifah B ini berkuliah di Institut Teknologi Bandung
prodi Farmasi tahun pertama. Kami memiliki mimpi yang sama sewaktu SMA, yaitu
dapat melanjutkan pendidikan di Kampus Ganesha-nya Negeri ini. Masih teringat
saat masa-masa akan menempuh ujian tulis masuk perguruan tinggi. Belajar,
berdoa, dan usaha, segalanya dibuat maksimal. Namun takdir telah memutuskan,
hanya salah satu dari kami yang berhak. Ya itu adalah dirinya. Sayang sekali
aku harus ter-eliminasi. Selamat Kawan, kamu berhasil mengalahkanku.
Dan kini,
setidaknya ialah salah satu yang dapat menghubungkan saya dengan “Sang Gajah”.
Bagaimana merasakan atmosfer kampus idaman itu meski belum menjadi salah satu
keluarga besarnya.
“Eh, kan dua
minggu ke depan kak Try Juandha segera wisuda,mau ketemuan dan jalan sama dia
tidak? Yah biar bisa tambah jaringan dan motivasi, bagaimana?” balas Ummi
selang sehari.
“Boleh,boleh,
hari Sabtu pagi berarti kan?” tanyaku memastikan.
“ia, jam
sepuluh-an lah kita ketemu di taman ganesha dekat Masjid Salman ITB” balasnya
lagi.
Sabtu pagi
pukul sepuluh kurang seperempat, kuberangkat menuju titik pertemuan dengan kuda
besi milik teman. Beruntung dia tidak menggunakannya hari itu, jadi bisalah
meminimalisir pengeluaran. Dibandingakan yang sewaan tentu yang pinjaman akan
lebih murah.haha, dasar mahasiswa.
Hari itu
sangat cerah. Setelah bertemu Ummi di taman ganesha, kami duduk di kursi
panjang dekat taman. Menunggu kedatangan kak Juandha sembari berbincang tentang
kehidupan di kampus masing-masing. Basa basi, candaan, dan pengalaman menjadi
mahasiswa selama satu semester lebih ini semua dikeluarkan.
Beberapa jam
berlalu, orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dengan menggunakan
baju lengan panjang warna hitam berlambang UKSS (Unit Kesenian Mahasiswa Sulawesi).
Ya,dialah kak Juanda. Salah seorang mahasiswa yang juga berasal dari Sulawesi
tepatnya kota Bulukumba. Kota yang sama dengan kami. Dia adalah alumnus SMAN 8
Bulukumba yang sebentar lagi akan menamatkan pendididkan strata satunya di SBM(
Sekolah Bisnis dan Manajemen) kampus
pemilik taman ini.
Jujur saja aku
saja tak tahu kak Juanda orangnya seperti apa, romannya bagaimana, ketemu saja
tak pernah. Mengenalnya pun hanya lewat video miliknya yang mendokumentasikan
perjalanan dan pengalamannya sewaktu SMA menjadi salah satu delegasi Indonesia
pada Program Pertuaran pelajar ke Amerika Serikat. Dan hari ini kami
dipertemukan tuk pertama kalinya. Sungguh pengalaman yang bermanfaat bisa berjumpa
dengan orang hebat ini.
“Juandha,” dia
memperkenalkan dirinya sambil menyodorkan tangan kepadaku.
“Aprizal,”
Balasku segera menjabat tangannya.
Baru saja
ingin berbincang-bincang, hujan mulai turun. Segera kami meniggalalkan taman
menuju tempat teduh. Dan kantin selalu menjadi tempat yang pas. Sambil
lari-lari kecil kami menuju kantin Salman.
Hari itu
percakapan antara tiga orang mahasiswa asal kota dengan slogan Berlayar ini
terjalin dengan mudahnya. Walau sesekali ada momen yang sedikit canggung tapi
itu bukanlah halangan berarti. Seluk beluk kehidupan mahasiswa dan kota
kelahiran menjadi bahasan utama hari itu. Waktu serasa berlalu begitu cepatnya.
Pembicaraan yang cukup panjang banyak mengandung makna-makna propaganda serta
motivasi di dalamnya.
“Jadi sudah
pas kan, Lima sampai sepuluh tahun nanti kita bertiga bisa saja menjadi tokoh
yang mempelopori kemajuan kota Bulukumba. Saya di bidang bisnis dan ekonomi,
Ummi di kesehatan, dan Aprizal di ICT toh.”
Ucap kak Juanda sedikit tertawa.
“hehe.. bisa
kak, mudah-mudahan” jawabku seyum-senyum canggung.
“Jadi kak
bagaimana kisah kakak waktu ikut pertukaran pelajar di Amerika Serikat?” Tanya
Ummi yang terlihat sangat ingin tahu.
“Yah begitulah
dek, ini semua bermula saat saya tamat SMP dan tidak diterima di dua sekolah
unggulan Sulawesi Selatan. SMAN 17 Makassar dan SMAN 2 Tinggi Moncong. Akhirnya
saya pulang ke Bulukumba membawa kekecewaan. Pada saat itu, kebanyakan
pendaftaran siswa baru sudah tutup. Untungnya masih ada SMA 8 yang memberi
jangka waktu lebih panjang.”
“hmm.. terus
kak? Tanya Ummi memotong pembicaraan.
“Terus saat
itulah saya berjanji untuk terus belajar dan belajar. Saya seperti menyimpan
dendam pribadi yang positif. Saya ingin
membuktikan kalau mereka telah salah menilai. Motivasi tiada henti-hentinya
mengiringi perjalan saya selama sekolah dulu. Hingga akhirnya Alhamdulillah saya bisa bisa meraih
beberapa prestasi yang membanggakan, terutama yang paling berkesan itu adalah
bisa merasakan belajar di Negara Paman Sam selama setahun dan menikmati empat
musimnya yang khas” terang kak juandha.
“Deh, kerennya kak!” ucapku salut.
Yah begitulah
kisah singkat kak Juandha yang menambah motivasiku. Kudapatkan lagi angin baru.
Semangat baru dari orang yang baru saja kutemui beberapa jam lalu. Setidaknya
itulah yang sedikit membantu membasuh peluh dalam diriku.
Tak perlu
terlalu berlarut-larut dalam kekecewaan. Yakinlah saja, jika salah satu pintu
tertutup disitulah 99 pintu lain kan terbuka. Berjuang, jangan pernah berhenti
gapai mimpi. Meski sekarang berada pada jalan yang bukan dihendaki, percayalah
jalan pilihan Tuhan selalu menghadirkan kejutan. Tanamkan motivasi pada diri
dalam-dalam. Kita bisa membuktikan bahwa kita terlahir sebagai orang hebat.
Kira-kira
seperti itulah kesimpulan yang kudapat dari diskusi singkat edisi mahasiswa
Bulukumba. Hehe.
Hari mulai
senja. Cakrawala mulai menguning. Hujan turut melamabat dan sang surya masih
menyembunyikan sebagian dirinya di balik awan sana. Kak Juandha pamit duluan
meninggalkan kami kemudian disusul Ummi setengah jam kemudian. Teganya kalian.
Aku hanya
berharap kita dapat bersua lagi di lain waktu, degan suasana lebih mesra. Bukan,
ini bukan asmara segitiga. Maksudku dalam suasana yang lebih baik dan tak kalah
seru dengan hari ini. Di masa depan, mungkin perbincangan kita yang tersirat
mimpi serta harapan-harapan dapat jadi kenyataan.
Saat hari
menjelang malam kubersiap tuk pulang kembali ke asrama. Kuambil motor yang
terparkir di depan kampus gajah. Segera kuhubungi teman yang kebetulan juga
sedang berada di kota, siapa tahu saja bisa pulang bareng. Kukeluarkan hanphone
dari saku celana, ah sial..baterainya tersisa tiga persen lagi.
Segera kuhubungi
kak Akbar lewat pesan singkat. Berharap handphone ini masih dapat bertahan jika
hanya digunakan untuk mengirim pesan.
“Asslamualaikum
Kak Akbar, saya ada di ITB. Bisa tidak mampir ke kosan kakak?” tanyaku.
“waalaikumsalam,
maaf dek saya mau keluar menjemput teman di bandara.” Jawabnya.
“mau pergi jam
berapa kak? Bisa tidak singgah sebentar saja
nge-cas hp kak?”
Tiga menit
beralu...
“Oh, sekarang saya sudah mau keluar. Tapi kesini saja barang lima belas menit tak apalah!”
Kunyalakan
motor dan menuju kosan kak Akbar.
Kak akbar
adalah salah satu alumni Telkom University. Dia juga berasal dari Sulawesi Selatan.Saat ini dia sedang melanjutkan S-2
Teknik Informatika di ITB. Ia nge-kos di Jalan Taman Sari dekat kampusnya.
Meski tak banyak yang kuketui tentang dirinya, aku yakin dia adalah orang yang
hebat. Itu terbukti dari beberapa prestasi luar biasa yang diraihnya. Jika suatu hari
nanti aku akan membuat tulisan tentang orang-orang yang menginspirasi, kurasa namanya takkan luput dari tulisan itu.
Kulewati
sebuah gang yang agak munurun dan licin. Sisa air hujan di jalan kecil yang
hanya dapat dilewati kendaraan roda dua ini membuatku harus berhati-hati. Kupelankan laju motor dan
kutekan rem belakang terus-menerus agar tidak tergelincir. Tibalah aku di kosan milik Kak
Akbar.
Mungkin tak
banyak yang ingin kuceritakan tentangnya saat ini. Biarlah di tulisan
selanjutnya aku mebahas tentangnya lebih banyak. Inti yang dapat kusimpulkan dari
pertemuanku dengannya hari itu ialah;
“Jangan takut
untuk mencoba berkompetisi. Aturlah waktumu dengan baik. Kuliah memang nomer
satu tapi prestasi jangan sampai ketinggalan. Berusahalah ikut berpartisipasi
dalam lomba - lomba yang ada. Minimal prestasi skala nasional harus dapat dicapai. Itu sangat berguna saat lulus nanti. Pengorbanan
yang besar dan usaha yang maksimal disertai doa akan menghasilkan
pencapaian yang sebanding pula.”
Hari Berganti.
Minggu pagi
telah tiba. Oh tidak, waktu libur mulai menipis. Setelah terjaga dan melakukan
rutinitas seperti biasa, ku merenung sejenak sambil bersandar di dinding kamar.
Mungkin masih dalam pengaruh motivasi kemarin. Terpikir, sudah banyak waktu
yang kupakai dalam hidup ini. Dua tahun lagi usiaku akan berkepala dua puluh.
Namun hari-hariku belum pernah maksimal, pencapaianku saat ini masih secuil
saja. Ingin sekali rasanya kutorehkan prestasi buat institusi tempatku bernaung
ini.
Naitku hari
terkahir libur ini dapat di isi kegiatan relaksasi atau olahraga menyambut
kuliah pra UAS besok. Namun aku pesimis, mana ada teman PERMAK bangun jam tujuh
pagi. Paling mereka masih tidur. Ah sudahlah.Pikirku. Kuraih smartphone yang
tergeletak di meja. Kulihat banyak sekali pemberitahun akun MEDSOS yang muncul.
Dan salah satunya ialah pesan singkat kak akasa lewat LINE.
“sung,
bagaimana kalau pergi renang ke Saraga ITB?” tanyanya.
“ayo, kalau
tidak ada teman yang lain mau ikut, kita berdua saja?” tanyaku bersemangat.
“oke siap”. Jawabnya.
Rasa kantukku segera
hilang. Kubersiap dan segera menuju kosan kak Aksa.
Kolam renang
Saraga ITB menjadi tempat melepas penat pagi itu. Meski hanya sebuah kolam
renang, setidaknya kami senang. Meski agak jauh dan panas terik mulai
menyerang, setidaknya liburan kali ini tidak kosong. Lima hari Kebersamaan
bersama kawan-kawan tak hentinya menjadi obat kekosongan suasana hati ini.
Bandung, 22 Maret 2015.
No comments:
Post a Comment