Hari itu pagi buta selepas sahur dan sholat
subuh aku segera bersiap untuk berangkat. Pakaian telah tersusun rapih di tas
carrier, laptop dan sedikit oleh-oleh murah meriah juga lengkap di ransel. Pagi
ini tepat hari ke dua puluh dua Ramadhan. Setelah menjalani dua minggu kerja
praktek semester 6 di LIPI Bandung, kuputuskan untuk pulang ke kampung halaman,
yah rehat sejenak barang dua minggu.
Senang rasanya bisa kembali ke rumah setelah
hampir setahun tidak pulang. Sejujurnya ada pahit dan manisnya. Manis karena
bisa melepas rindu dengan keluarga, kerabat, dan sahabat sekolah- sd dan smp.
Tidak ada lagi bablas bangun sahur, berbuka puasa seadanya, kantong juga
sepertinya bakalan awet di rumah. Di Bandung aku telah lima kali bablas banging
sahur tapi alhamdulillah masih kuat hehe.. yah sedihnya seminggu setelah
lebaran aku harus
segera kembali ke bandung untuk melanjutkan kerja praktek dan misi menjadi juara umum di Komurindo-Kombat dan KRTI 2017 harus segera dikejar. Memang demi hasil yang besar perlu pengorbanan yang besar pula bukan?
segera kembali ke bandung untuk melanjutkan kerja praktek dan misi menjadi juara umum di Komurindo-Kombat dan KRTI 2017 harus segera dikejar. Memang demi hasil yang besar perlu pengorbanan yang besar pula bukan?
Rumah ialah tempat ternyaman dan bikin betah. karena rumah memang selalu jadi tempat kembali dimanapun kaki jauh melangkah. Ribuan kilometer terpisah, ada banyak hal yang kurindukan tentang rumah.
Oh ia, kali ini aku tidak pulang ke bulukumba
tapi ke mamuju utara. Tepatnya sebuah desa kecil yang masih susah sinyal buat
internetan-Baras. Hanya sms dan telepon. Harus ke kota dulu baru bisa main
sosmed. Tapi tentunya alam yang hijau, udara segar yang jarang ditemukan di
perkotaan akan menjejukkan tiap hari.pikirku
Setelah hampir selesai bersiap, telpon
genggamku bordering. Rupanya taxi yang akan mengantarku ke terminal bus dating
lebih awal.jam tujuh kurang seperempat taxi telah menunggu di depan minimarket
.Jam delapan pagi bus bandung-bandara soekarno hatta berangkat. Aku
bersebelahan duduk dengan pemuda bernama taufiq. Umurnya setahun lebih muda
dariku. Asalnya dari Kalimantan dan cukup bersahabat.
“ Dear passenger” suara yang sudah familiar di
dalam penerbangan sipil “waktu setempat telah menunjukkan pukul 17.51 silahkan
anda dapat berbuka puasa”. Yup, jam 5 sore pesawat takeoff dengan selamat.
Suasana langit jawa-sulawesi memang keren saat cerah, cakrawala senja sedap
dipandang sambil menantikan waktu berbuka. Lautan awan begitu megah
Sebungkus kurma basah, roti coklat , dan
sebotol air mineral telah kusiapkan di ransel. Maskapai yang memakai pesawat
boeing ini tidak menyediakan takjil apalagi makanan berat. Hanya segelas air
mineral ukuran kecil. Di samping kananku
bapak keturunan tiongkok tertidur pulas, atau mungkinkah hanya memejamkan
mata-entahlah. Kutawari cemilan bapak di sebelah kiriku yang sedang membaca
majalah tapi beliau menolak dengan halus sepertinya juga non-muslim. Sebenarnya
kursi yang dekat dengan jendela yang ia tempati adalah milikku tapi kubiarkan
saja. mengalah tak masalah buatku.
Memang aku sangat senang di setiap perjalanan
baik itu menggunakan mobil, bus, kereta
dan pesawat untuk berada di samping jendela. Memandang jauh hamparan alam
cipataan tuhan di balik kaca membuat pikiran tenang. Apalagi disertai hujan dan
sepasang headset melekat ditelinga dengan lagu yang tepat akan membuatmu melupakan
kepahitan dunia yang kau punya. Cobalah sesekali lagu Daugthry-home, cukup
rekomendeed buat perjalanan pulang kampung. Hehe
Malam setelah sholat tarawih waktu setempat aku
tiba di kota palu. Setelah itu barulah ke tempatku yang membutuhkan empat jam
perjalanan darat. Dibandingkan ke ibukota provinsi-Mamuju- dulu jaraknya akan
lebih jauh. Ya kota Palu menjadi tempat transit sebagain besar teman smp
melanjutkan SMA dan perguruan tinggi-nya.
Bangun dari tidur yang pulas, rupanya aku telah tiba.
Selamat datang kembali di rumah..
Rumah, Juni 2017
02.30 WITA
![]() |
| Menu buka puasa |


No comments:
Post a Comment