Tuesday, 26 December 2017

Puisi Anti Korupsi 2017: Kisah dari Negeri yang Kaya



Kisah dari Negeri yang Kaya


Di dunia yang fana,
Negeriku adalah negeri yang makmur nan kaya
Bentangan pulau dan lautan bergelora
Panen berlimpah, gotong royong terjaga
Menambah cintaku lahir di tanah indonesia
Bumi yang kian menua,
Proklamator-proklamator tercinta harus pamit menuju sang pencipta
Meninggalkan muda-mudi penerus bangsa
Generasi baru yang biasa dipanggil mahasiswa

Masa kejayaan kini mulai pudar berganti duka
Di sana sini banyak terjadi huru-hara
Penindasan, kekerasan, korupsi dimana-mana
Dari yang lama, orde baru, hingga zaman Jokowi juga
Tiada bedanya, perampok elit itu makin punya banyak cara
Hak-hak kita dirampas, uang-uang rakyat ditimbun untuk keluarga di rumah
Yang penting bisa tidur nyeyak, makan enak, sejahtera tujuh turunan, katanya
Tapi ia lupa kalau dunia hanya sementara

hukum masih tumpul ke atas tapi tajam ke bawah, itulah yang ku tahu adanya
Sebab mereka yang korupsi sangat sulit ditangkap begitu saja
Meskipun jadi tersangka, selalu banyak cara nonton tennis di Bali sana
Lalu ada pula Papa Koruptor yang sering kali mangkir saat dipanggil KPK
Apa susahnya datang saja jika memang tidak bersalah
Oh.. nampaknya Sang Papa sedang ketakutan mencari jalan di tengah gulita
Dan kabar yang tidak kalah, tugu anti korupsi yang harusnya dibangun megah
Malah dikorupsi oleh mereka sendiri pengurus yang haus akan rupiah
Apakah hukum di negeri ini tidak cukup membuat mereka jera?
Mungkin hukum rimba lebih baik andai tidak dilarang oleh agama

Dari sisi yang berbeda…
Aku memang mahasiswa yang baru belajar jadi dewasa
Masih takut turun ke jalan sebab selalu terbayang akan sempitnya penjara
Banyak provokasi di jalan Nak! Banyak oknum yang culas di sana Nak!
Aku takut menentang pesan Ibu, aku takut jadi anak durhaka
Jika kau tak suka sikapku ini itu bukan masalah
Sebab aku hanya bisa mendukung dengan apa yang aku punya
Maafkan aku yang belum bisa turun ke bundaran ibu kota
Maafkan aku hanya bisa membantu dari balik layar kaca
Menjaga integritas dan berusaha tidak jadi koruptor muda
Matangkan jiwa anti korupsi di bangku kuliah
Agar tidak jadi penerus generasi pelaku korupsi perusak negara

Oh Tuhan, aku ingin negeri ini bisa hidup damai seperti sedia kala

Bandung, November 2017


Puisi Anti Korupsi 2017: Perangi Korupsi


Perangi Korupsi

Kerakusanmu akan harta kian meradang
Membuat perih nurani menusuk sampai ke tulang
Engkau hanya mementingkan keluarga dan kroni-kronimu
Pikirmu yang penting bisa makan enak, tidur nyeyak,
Kenikmatan mendarah daging, hidup tenang hingga tujuh turunan
Sampai korupsi kau halalkan, penderitaan rakyat kau lupakan

Kelihaianmu menghindar dari hakim bagaikan bajing loncat
Terlihat aman namun jelas-jelas itu dusta terbungkus permainan cantik tanpa cacat
Aku ingat betul wajah itu . . . .
Di depan layar kau menunjukkan kharisma tanpa dosa
Tapi bagiku tetap saja, itulah wajah species koruptor pemakan bangkai saudara
Pandai berpura lewat kalimat manis yang membuat sebagian kami seolah percaya
Lalu di belakang kau bercumbu dengan dusta sembari  menggerogoti uang negara
Gelimang harta dan tahta tidakkah cukup, Bajingan?

Wahai koruptor . . . apakah kau dengar suara kami ?
Suara  aku, dia, dan kami mahasiswa pemakan segala
Kami mewakili mereka yang diambil haknya,
Tangis rakyat kecil yang berjuang lebih demi sesuap nasi
Rela tidur singkat demi bangun dini hari mengais rezeki
Air mata yang tanpa sadar berjatuhan kala berdoa mengharap pertolongan ilahi
Sementara engkau wakil rakyat hanya tidur pulas saat bicara soal kepentingan rakyat
Sungguh kami tak tahan, generasi baru bangsa ini tidak akan bungkam
Kami menyatakan perang terhadap kalian para koruptor,
Sampah elit berdasi tetap saja sampah
Kepercayaan kami pada keadilan di negeri tidak akan goyah,
Sabagian dari kawanmu sekarang mungkin sedang panik tak terkira
Ambil jeda dari rutinitas menyedot rupiah, mencari jalan sebab was-was terpanggil KPK
kami yakin kebenaran akan selalu menang, negeri ini akan merdeka dari kalian

Tikus durjana . . . tunggulah masa kehancuranmu kan tiba


Bandung, November 2017


Thursday, 6 July 2017

I'm Home


Hari itu pagi buta selepas sahur dan sholat subuh aku segera bersiap untuk berangkat. Pakaian telah tersusun rapih di tas carrier, laptop dan sedikit oleh-oleh murah meriah juga lengkap di ransel. Pagi ini tepat hari ke dua puluh dua Ramadhan. Setelah menjalani dua minggu kerja praktek semester 6 di LIPI Bandung, kuputuskan untuk pulang ke kampung halaman, yah rehat sejenak barang dua minggu.

Senang rasanya bisa kembali ke rumah setelah hampir setahun tidak pulang. Sejujurnya ada pahit dan manisnya. Manis karena bisa melepas rindu dengan keluarga, kerabat, dan sahabat sekolah- sd dan smp. Tidak ada lagi bablas bangun sahur, berbuka puasa seadanya, kantong juga sepertinya bakalan awet di rumah. Di Bandung aku telah lima kali bablas banging sahur tapi alhamdulillah masih kuat hehe.. yah sedihnya seminggu setelah lebaran aku harus