Long weekend
telah hampir habis, menyisakan Ujian Akhir Semester 3 pelajaran lagi-dimulai
hari senin sampai rabu besok. Bertepatan hari ini, kabar duka datang kepada
kami, UKM Sulawesi di Telkom University. Salah seorang keluarga Mahasiswa Sulawesi
telah berpulang ke Sang Pencipta malam
tadi. Lantas akun LINE ramai postingan
berbela sungkawa seolah ikut bersedih melepas kepulangan salah satu anggota
keluarga kami di perantauan.
Sebut saja
namanya ‘Kak A’ – takkan kusebutkan nama
aslinya untuk menghargai keluarga yang ditinggalkan. Bisa terbayang begitu
mengharukan suasana keluarga duka di kampung halaman sana. Dari informasi yang
beredar, Kak A berasal dari daerah yang bersebelahan dengan daerah asalku.
Beberapa senior
angkatan atas ataupun yang telah lulus turut membantu mengurus jenazah
almarhum. Semoga almarhum diberi tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga yang
ditinggalkan diberi ketabahan. Aku tahu itu sangat sakit. Aku turut berduka
cita.
Ini
mengingatkanku sewaktu makrab KBMS 2014-waktu
itu namanya masih UKMS. Di malam keakraban itu salah satu kakak tingkat mengatakan
kurang lebih seperti ini:
“Aku beri
apresiasi buat kalian yang sudah berani merantau ke tanah Jawa,” dengan gaya
bicaranya penuh semangat, “ sebab saat kalian memilih untuk merantau ke negeri
seberang, berarti kalian telah menempatkan satu kaki di tanah ini dan satunya
lagi di kampung halaman. Dan jika nantinya kalian sedih, sakit, bahkan
meninggal di tanah pertantuan siapakah yang akan menemani dan mengurus kalian kalau
bukan keluarga kalian, kita-kita yang ada di sini. Keluarga mahasiswa
Sulawesi!.”Kali itu, semangat dari dalam mulai terkontaminasi doktrinnya.
Semangat kekeluargaan seperti menggebu-disertai sedikit merinding mendengarnya.
Kejadian ini kembali mengingatkan bahwasanya ajal
tidak dapat diprediksi kapan datangnya, dimana letaknnya, dan siapakah orangnya.
Semua telah di atur oleh-Nya. Cukup banyak teman atau kenalan kita baru saja
ketemu malamnya, esok siang telah
meninggalkan kita ke alam barzah. Harta, tahta, dan segala yang kita punya hari
ini seyogyanya hanyalah sementara. kita
sebagai makhluk Tuhan yang fana, sudahkah kita mempersiapkan diri dengan
sebaik-baiknya saat kematian itu tiba?
“Remind me again
that the death can come anytime and anymore,” tukas salah seorang teman di
timeline akun LINE-nya.
Hanya
mengingatkan kembali buat teman semua, bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini
kecuali kematian. Segala kemewahan, kecukupan yang melekat pada diri
kita-khususnya sesame mahasiswa- kebanyakan masih diperoleh dari irang tua. Dan
sebaik-baiknya manusia, ialah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Jangan pernah
lupakan keluargamu, teman sedaerahmu di perantauan jika telah menemukan kawan
baru yang-mungkin- membuatmu nyaman. Mari kembali berbenah diri.
No comments:
Post a Comment