Coretan Desember
Sejauh apa indera melihat
Di balik belukar, telaga mekar tak terlihat
Perasaan bimbang akan ketakutan mulai menggunung
Kadang tenggelam tak jarang gemerlap
Hujan di atas asrama kelam berpendar
Gantungan baju tak pernah absen dari tatapan
Terpampang rapih hampanya senja di halaman
Ingin teriak lantang di antara cadasnya perjuangan
Tak ada tempat pulang, takan ada waktu tuk pulang
Sebelum ini usai, pantang layar menepi kembali pulang
Anak umur belasan juga dua puluhan
Terkumpul apik dalam satu lingkaran
Coba merangkai angannya lewat puzzle impian
Jurang harus dituruni, samudra ikut tertelan
Bagai pil pahit berasa manis, asam, dan asin
Wajah yang kusam, raut mulai
kusut
Kerah baju menghitam, celana aroma air cucian semalam
Bukan halangan anggap saja makanan kaleng
Ayah dan Ibu di kampung berdoa dengan tulusnya
Merestui anaknya pulang bawa kedamaian
Mana janjimu taklukkan belantara kota
Padamkan api dengan harum nafasmu
Pelankan rodamu sejenak, dengarkan pintu kamarmu
Jangan jadikan ini elegi bulan Desember
Bermandikan sejuknya lumpur penyesalan
Karena di sudut matamu terpampang jelas
Pelangi malam yang merindukan hujan
No comments:
Post a Comment