Kali ini aku akan bercerita sedikit tentang
pengalaman mengikuti konferensi internasional dari Institute of Electrical and Electronic Engineering (IEEE). Anak
Teknik-khususnya IT dan serumpun-sepertinya sudah tidak asing lagi dengan
institusi satu ini. Ada banyak event keren yang diadakan oleh lembaga ini baik
di dalam maupun di luar negeri. Let’s Begin..!
Sebetulnya aku tidak menyangka makalah
sederhana yang aku buat bisa lolos dan kupresentasikan di depan mahasiswa S2
dan dosen-dosen yang hadir kala itu. Kisah ini berawal dari tugas besar mata
kuliah antena dan propagasi di penghujung semester 6. Waktu itu tiap kelompok
diminta untuk mendesain dan merealisasikan antena di frekuensi wifi 2.4 GHz.
Aku memilih desain model double biquad sebab sudah tertarik sejak lama pada si
biquad sebelum tubes ini diberikan. Semua berjalan lancar tanpa halangan
berarti sampai indeks nilai keluar di mata kuliah ini sebut saja hampir “A”.
UAS berlalu. Tibalah saat masa kerja praktik
(KP). Waktu itu aku sudah memasang target dan optimis bisa lolos konferensi
internasional di semester 6. Bagaimana tidak, senior lab kala itu -Kak Fadhil-
sudah berhasil publikasi di IEEE Explorer dengan materi Tugas Akhirnya tentang image processing menggunakan drone. Lalu
ada Amel dan Fathir dengan topik yang sama tapi aplikasinya berbeda juga lolos
di konferensi internasinal IEEE. Motivasiku semakin bertambah rasanya saat itu.
Ambisius dan bersemangat.
KP selesai dan libur telah tiba. Paper yang
kubuat juga sudah hampir selesai. Fabrikasi alat beres, tinggal pengukuran
nearfield dan farfield. Namun karena sudah dekat deadline aku submit paper
selesai seadanya. Judulnya juga sederhana “Design
and Simulation of Multilayer Parasitic Microstrip Bi-quad Patch Antena for WLAN
2.4 GHz Applications. Paper tersebut hanya modal desain yang original
karena yang riset tentang antena ini masih terbilang sangat jarang. Kemudian
hasil simulasi yang cukup epic.
Pengumuman tiba.
Oh iya, karena takut gagal kalau hanya
mengirimkan ke satu konferensi saja aku terpaksa submit ke dua konferensi
berbeda dengan topik yang sama persis. Santai saja, kalau keterima dua duanya
toh tinggal cancel salah satu. pengumuman pertama muncul dari CAMA conference
yang lokasinya ada di Tsukuba, Jepang awal Desember nanti. Aku lolos sebagai penyaji
poster presentation. Aku senang bukan kepalang. Email itu membuat hatiku
deg-degan seperti membuka hasil pengumuman SBMPTN 3 tahun lalu. Hehe. Setelah
senang, rasa ketakutan pun datang. Aku mulai cari akal terutama kendala biaya
registrasi yang akan cukup menguras kantong lebih dalam, kamudian terlebih
biaya transportasi dan akomodasi di Jepang nanti.
Aku mulai mencari cara. Aku hubungi beberapa
senior yang baru saja ikut konferensi internasioanal IEEE di-Cambridge
University-UK dan juga di Jerman.
“Tenang aja zal, pasti dapet kok. Lagian Jepang
lebih murah daripada ke Eropa!”
Wow. Aku menjadi semakin optimis bisa melangkah
lebih jauh kali ini.
Setelah di total memang biaya ke konferensi di
jepang sepertiga kali lebih murah daripada ke UK. Aku garap proposal dan semua
kelengkapan yang dibutuhkan agar segera mendapatkan bantuan dana baik dari
kampus maupun luar kampus. Dan kendala mulai muncul satu persatu.
Pertama ialah kesalahan sepeleh yang tidak
mengikutkan salah satu dosen sebagai author. Untuk dapat memasukkan proposal
bantuan dana ke BK fakultas ataupun BK pusat harus ada dosen pembimbing.
Parahnya author di paper tersebut hanya dua orang, aku dan teman kelasku Manda.
Aku sempatkan konsultasi ke LIPI dan ternyata nihil. “Seharusnya kalian ajak
dosen, dan biasanya dosen akan membantu banyak untuk memperjuangkan agar dapat
ikut konferensi”. Salah satu dosen peneliti di LIPI menyarankan kami untuk
withdrawn saja. Ah aku mulai patah semangat.
Selanjutnya, aku segera mengirimkan email ke
pihak panitia untuk meminta penambahan salah satu author-Pak Edward dosen antena.
Juga sekalian aku minta bahwa aku akan membayar biaya registrasi lebih telat
dari yang deadline seharusnya. Alhamdulillah panitia menyetujui itu. Kemudian
tantangan selanjutnya ialah bagaimana mengatakan dan meminta persetujuan dari
Pak Edwar. Setelah memberanikan diri lewat Manda. Kami dimarahi-tapi tidak
habis-habisan. Dan komentarnya pun sama. Urungkan saja buat ke Jepang. Selain
masalah biaya dan tenggat waktu pembayaran mulai mepet, kalian juga hanya
poster presentation. Untung kalau ada yang tanya, kalau tidak bagaimana? Haha.
Semangatku sedikit memudar.
Kemudian, aku kembali konsul ke beberapa pihak.
Dan hasilnya aku buat daftar di bawah:
Mas Yasir, BK pusat : “Buat saja dulu
proposalnya dengan ttd Dekan dan dosen pembimbing. Nanti kami bantu TTD
direktur akademik dan Wakil rektor untuk bantuan dana kalau memang masih ada
dan untuk memudahkan mencari sponsor di luar sana”.
Mas Anjar, BK FTE : “Maaf dek, untuk dana fakultas sepertinya
belum bisa sebab konferensi itu kan bawa nama pribadi dan kita lebih prefer ke
lomba/kompetisi. Paling kami hanya bisa bantu tanda tangna dekan untuk dana
sponsor.”
Pengumuan konferensi satuya muncul dan hasilnya
aku lolos sebagai oral presentation.yei.. ApWiMob, lokasinya di hotel trans
luxury, Bandung. Cukup senang tapi dilema kini muncul. Pilihan yang lumayan
rumit.
Kalau saja aku ingin memperjuangkan itu dan
sedikit ego aku mungkin aka meminta orang tua untuk membackup biaya registrasi
sembari aku kembali mencari sponsor untuk menambalnya. Tapi tidak, itu bukan
pilihanku saat ini.
Bersambung..
No comments:
Post a Comment