Tuesday, 31 March 2015

Hanya Sebuah Prosa



Minggu ini awal kuliah pra UAS telah dimulai. Beberapa nilai hasil UTS kemarin akan segera dibagikan. Harap-harap cemas selalu saja muncul di kepala. Ini bukan  hari penerimaan raport yang diselingi makan-makan seperti saat masa  SD. Dimana orang tua datang bersama anaknya dan beliau akan tersenyum senang kala raport anaknya tak ada tulisan merah.
Ini Cuma pembagian nilai biasa. Sama seperti  Ulangan Harian di SMP atau SMA. Namun tak bisa dipungkiri rasa deg-degan tetap saja muncul.

Hasil pun diumumkan. Nilai mata kuliah terpampang jelas.Tak ada yang disembunyikan lagi. Ada beberapa yang hanya berupa nominal saja ada juga yang berikut lembar pengerjaan. Hm… Nilaiku bervariasi. Aku sendiri bingung mengapa hasilnya seperti ini. Prediksiku banyak yang meleset. 

Tersadar inilah jalan kehidupan. Banyak hal yang tak terduga dalam hidup, peristiwa yang tidak mudah untuk ditebak. Sama halnya dengan pencapaianku di UTS kali ini. Terkadang nilai yang kita harapkan, yang kita yakinkan maksimal, hasilnya malah terbalik. Begitu pula dengan nilai yang kita anggap akan rendah atau biasa-biasa saja, terkadang malah berujung memuasakan.

“ Itulah seni dalam kehidupan kawan. Dunia tidak akan indah tanpa seni. Toh kita takkan merasa hambar jika hari-hari tidak monoton, penuh dengan warna, baik terang ataupun gelap. Bersyukurlah! jangan hanya melihat ke atas saja. Tengoklah ke bawah sesekali, mungkin kau akan sadar betapa besar nikmat dari-Nya yang tiada habis-habisnya. Ayo berjuang!”

Kurang lebih seperti itulah gumamku yang mencoba membangkitkan semangat dalam diri.

Akhir pekan masih seperti biasa. Sabtu pagi aku berangkat ke kampus pukul enam lewat sedikit. Aku baru ingat hari ini beberapa mahasiswa akan diwisuda. Mereka akan menamatkan pendidikannya di kampus tercinta. Mereka akan mencicipi rasanya menjadi sarjana. Buah kerja kerasa yang telah mereka tempuh baik itu yang tiga setengah tahun, empat tahun, ataupun yang lebih.

Tiba Di kelas kuambil kursi kedua dari depan dan duduk santai menunggu dosen segera tiba. Sejam berlalu , nampaknya dosen yang mengajar hari ini tidak masuk. Kelas juga sudah mulai sepi. Beberapa teman meninggalkan ruang kelas. Karena sudah tak tahan, akau pun kembali menuju asrama. Kamar memang selalu menjadi tempat yang nyaman.

Kucoba membagikan apa yang kurasakan hari ini lewat kicauanku di jejaring facebook.
Lagi-lagi. Status seperti ini memang banyak mengundang komentar dari teman-teman fb. Saya tak bermaksud mencari sensasi. Biar saya tegaskan, saya hanya mencoba menuangkan apa yang  saya rasakan hari ini lewat sebuah tulisan.

Hingga salah salah seorang wanita  teman berkomentar.

“Baru aku tahu kalau kamu itu orangnya alay!”tukasnya.

Meski sedikit tersinggung, aku hanya tersenyum. Terima kasih Kawan, itu ku anggap kritik yang membangun. Aku memang pemula. Pengetahuanku masih sedikit tentang sastra. Lirik yang kutulis tak semanis buatan ahlinya. 

Aku sadar tidak mudah untuk mengerti sebuah prosa. Sastra memang dinamis dan subjektif, tergantung pada pribadi tiap individu yang menilainya. Ini bukan sains. Ini hanyalah sebuah prosa.  Tak banyak orang dapat membedakan mana prosa mana yang bukan. Entah aku yang sok puitis atau kamunya yang minim pemahaman tentang seni sastra. Ah sudahlah, tak usah dijadikan wacana. Tuduhanmu kan kuanggap angin lalu yang sepoi.

Hari sudah hampir siang. Acara wisuda juga hampir selesai. Para wisudawan dan wisudawati akan segera di arak oleh himpunan jurusan masing-masing ataupun UKM-nya.Dan Salah satu kebanggaan buat kami ialah ketua dan wakil ketua UKMS bertepatan di wisuda pada hari ini. Meski berbeda jurusan tapi mereka berdua adalah orang yang hebat. Bersamaan lulus tiga setengah tahun, sama-sama menorehkan banyak prestasi dan IPK yang memuaskan.

“Keren Kak, kalian luar biasa!” gumamku.

Aku yang masih berbaring di tempat tidur setengah berkhayal sempat berpikir. Mungkinkah aku bisa seperti mereka. Lulus tepat waktu dengan pencapaian yang mengagumkan. Orang tua mana yang tidak bangga memiliki anak seperti mereka. 

Namun buatku, ketakutan tetap saja ada. Aku takut di kemudian hari, jalan yang kupilih hanya menyisakan penyesalan. Aku takut tak bisa berkarya, memberikan sebuah yang berarti buat institusi tempatku bernaung. Aku takut hanya menjadi mahasiswa yang numpang lewat di tempat ini. Tanpa jejak tanpa karya.

Aku sadar, usahaku mungkin banyak yang belum maksimal, ibadahku masih terbilang kurang, dan waktuku banyak yang tersita oleh hal sia-sia. AKu hanya berusaha memotivasi diri sendiri. Mensyukuri apa yang kuterima hari ini. Berprasangka baik kepada Sang Pencipta. Berusaha menepati janji bahwa minimal, kau harus bisa seperti mereka. InshaAllah. Aamiin. Ingin sekali ku mendegar prosa kehidupan kakak-kakak ini yang telah berhasil sampai pada titik ini.

“Pesan dari kami, jangan lupa kelak jika engkau pulang dari negeri angin di atas awan. Ceritakanlah kepada kami bahwa air laut itu asin, Kawan.”

Oceh salah seorang senior 2013 di grup LINE melengkapi suasana hari ini.
  

Sabtu, 28  Maret 2015


 
Mereka yang segera wisuda (Kak Isjhar dan Kak Agil).





No comments:

Post a Comment